Bawa Teater Tari The Wounded Cuts ke Rumah Banjarsari, Whani Dharmawan Refleksikan Pencarian Jati Diri

Bawa Teater Tari The Wounded Cuts ke Rumah Banjarsari, Whani Dharmawan Refleksikan Pencarian Jati Diri

Whani Dharmawan, sutradara The Wounded Cuts, mengamati gerak dua penari Danang Pamungkas dan Dewi Galuh Sinta Sari. --

Pada 1998 naskah ini dirangkum menjadi buku analisis dan jejak perkembangan lakon. Ditulis oleh Eko “Ompong” Santosa dan diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Seperti bukunya yang lahir dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, lakon di dalamnya mengalami transformasi bahasa. Sehingga judulnya disesuaikan menjadi The Wounded Cuts.

BACA JUGA: Makna di Balik Bubur Sengkolo yang Jadi Tradisi Suku Jawa

Versi judul yang sama untuk pementasan. Penerjemah bahasa secara keseluruhan oleh Abdi Karya. Sedang lakon oleh aktor Singapura Rafaat Haji Hamzah. Pada tahun diterbitkannya buku, bersamaan itu pula untuk pertama kalinya Whani memainkan naskahnya di Singapura.

Berduet dengan aktor Singapura, Rafaat Haji Hamzah. Pada periode April 2024 Whani, Danang Pamungkas dan Galuh bertemu kemudian memantikkan ide untuk mengalihwahanakan teks tersebut melalui tubuh tari. 

Mulai saat itulah The Wounded Cuts dance theatre version berproses dan diproduksi oleh Rumah Banjarsari. Untuk mengalihwahanakan teks ke dalam tubuh teater tari, Whani membuka brainstorming kepada para penari dan seluruh kru artistik.

Intisari The Wounded Cuts adalah soal refleksi pencarian jati diri dan identitas manusia sejak di masa tercipta secara spiritual. --

BACA JUGA: Panggung Eunoia: Teater Realisme dan Komedi Karya Mahasiswa UNESA

Untuk mengetahui intisari yang terjadi pada naskah tersebut atau reinterpretasi. Dirumuskan dalam bagian per bagian. Lantas diujicobakan lewat eksplorasi melalui tubuh tari, bunyi (musik), video dan vokal (suara pemain).

“Semua mengacu pada dasar reinterpretasi yang baru. Seluruh elemen artistik ditata menjadi jalinan artistik yang teateral, harmoni, saling melengkapi, saling menguatkan,” beber Whani yang dinobatkan sebagai aktor terbaik dalam kategori The Best Supporting Actor dalam FFI 2019.

The Wounded Cuts akan dimainkan penari Danang Pamungkas dan Dewi Galuh Sinta Sari. Ilustrasi musik ditangani Rio Murti dan Iwan Karak, video kreatif oleh Satrio Panji, dan lighting ditata Surakartans Lighting & Art Kleb.

BACA JUGA: Event ART DIWARNA 2024, Gemilang Berkarya, Kami Berbudaya

Direktur artistik adalah Yayan Zanudhimas, pimpinan produksi dipegang Direktur Rumah Banjarsari Zen Zulkarnaen, dan manajemen administratif oleh Gita Prabawitha dan Fajar Prastiyani. 

Agar seni tak hanya bermakna artistik, tetapi juga bermakna ”konsolidasi humaniora”, Zen menggelar Teras Publik di pelataran Rumah Banjarsari sebagai pra-pementasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: