Wieteke van Dort Meninggal Dunia: Arek Suroboyo yang Trauma Lihat Bambu Runcing

Wieteke van Dort Meninggal Dunia: Arek Suroboyo yang Trauma Lihat Bambu Runcing

Wieteke van Dort nyekar ke Ereveld di Kompleks Pemakaman Kembang Kuning Surabaya.-Facebook: Kanjeng Raden jelajah sejarah -

HARIAN DISWAY - Dunia hiburan berkabung atas meninggalnya aktris, penyanyi, dan komedian legendaris, Wieteke van Dort. Pelantun Geef Mij Maar Nasi Goreng itu mengembuskan napas terakhir dengan tenang di kediamannya di Den Haag pada Senin, 15 Juli 2024 di usia 81 tahun.

Van Dort berjuang melawan kanker yang didiagnosis pada Mei lalu. Bagi generasi 70-an, nama Wieteke van Dort mungkin tak asing lagi. Ia dikenal luas melalui program televisi  seperti Oebele dan De Stratemakeropzeeshow.

Namun, sosoknya yang paling ikonik adalah Tante Lien dalam acara Late Late Lien Show.

Melalui karakter Tante Lien, Van Dort memperkenalkan budaya Indo kepada masyarakat Belanda dan memberikan ruang bagi para seniman Indonesia untuk menunjukkan bakat mereka.

BACA JUGA:Wieteke van Dort Meninggal Dunia: Penyanyi Geef Mij Maar Nasi Goreng, Artis Belanda Kelahiran RKZ Surabaya

BACA JUGA:CAT Kembali ke Belanda, Belum Putuskan Bawa Kasus Hasyim Asy'ari ke Polisi

Ia merupakan bagian penting dari komunitas Indo-Belanda, sejajar dengan nama-nama besar seperti Anneke Gronloh, The Blue Diamonds, dan Sandra Reemer.


Wieteke van Dort artis keturunan Indo-Belanda meninggal di usia 81 tahun.-Facebook @wieteke.vandort-

Dedikasi Van Dort tidak hanya berhenti di dunia hiburan. Ia juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap para veteran Belanda.

Atas jasanya dalam membantu komunitas veteran, ia menerima Medal of Merit dari Kementerian Pertahanan pada tahun 2007.

Trauma Melihat Bambu Runcing

Wieteke rutin datang ke Ereveld di kompleks pemakaman Kembang Kuning Surabaya. Dia menziarahi makam ayahnya, Ir. T.K.L. van Dort yang meninggal pada 13 November 1945. Tepat tiga hari setelah pertempuran 10 November di Surabaya.

Ayah Wieteke, yang bekerja di Pabrik Gula Candi Sidoarjo, menjadi korban Perang Revolusi Indonesia (1945-1949).

Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi Wieteke dan keluarga. Ia pun mendedikasikan salah satu lagu populernya, Geef Mij Maar Nasi Goreng, untuk mengenang sang ayah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: