Residensi Bromo Jazz Camp Sempurnakan Latihan Jelang Tampil di Jazz Gunung Bromo 2024
Residensi Bromo Jazz Camp Sempurnakan Latihan Jelang Tampil di Jazz Gunung Bromo. Suasana residensi Bromo Jazz Camp, sehari sebelum tampil dalam Jazz Gunung Bromo.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Para peserta residensi Bromo Jazz Camp, Jazz Gunung Bromo, melakukan latihan intens dengan berbagai metode yang diberikan tiga mentor. Mereka bersiap untuk tampil dalam acara puncak Jazz Gunung Bromo. Sepanggung dengan musisi-musisi besar tanah air, tentu bikin deg-degan.
Lagu jazz Round Midnight karya Thelonious Monk mengalun. Keyboard Sheryl Joanna Angelica bermain dalam kord-kord rumit. Melompat dari satu tuts ke tuts lainnya. Ketika bermain, Sheryl tampak fokus. Sesekali dia ikut menyanyikan liriknya, atau menggumamkan melodi.
Ketika memasuki part synchope, yang butuh keselarasan dengan player lainnya, pianis asli Bandung itu selalu melihat kawan-kawannya yang lain. Begitu pun dengan mereka. Bagian sinkupisasi memang butuh keselarasan. Satu kesalahan saja dapat membuat komposisinya tak harmonis.
BACA JUGA:Hari Kedua Jazz Gunung Bromo 2024, Tampilkan Vina Panduwinata hingga Gigi Jazz Project
Residensi Bromo Jazz Camp Sempurnakan Latihan Jelang Tampil di Jazz Gunung Bromo. Cheryl Felicia Kalianto, drummer jazz perempuan, salah seorang peserta residensi.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Soal detail tak pernah lepas dari pengamatan ketiga mentor: Kevin Yosua, Sri Hanuraga, dan Hansen Arief. Ketiganya adalah musisi-musisi jazz profesional. Pernah mengiringi musisi-musisi besar tanah air.
Kevin, menempuh pendidikan master di Prince Clauss Conservatory Belanda. Bersama Dado Moroni dan Joost van Schalk, ia merilis album berjudul Ideal(is)me. Sedangkan Hanuraga, alumni pendidikan musik di Conservatorium van Amsterdam, Belanda. Ia kini menjadi dosen dan instruktur piano jazz di Fakultas Ilmu Seni, Universitas Pelita Harapan.
Hansen adalah drummer jazz profesional. Ia pernah menempuh pendidikan di The Collective School of Music, New York. Bagi ketiganya, soal harmoni memang jadi hal paling penting. Namun, kedelapan peserta residensi tersebut harus berkali-kali berlatih. Termasuk mendengarkan berulang-ulang lagu-lagu jazz yang mereka bawakan.
BACA JUGA:Jazz Gunung Bromo 2024, Jaga Api Semangat Mendiang Djaduk Ferianto
"Menyerap fenomena bunyi terlebih dulu. Kemudian ketika dimainkan, diinternalisasi. Dianalisis. Kemudian bisa ditransfer menjadi komposisi yang lain. Atau diimprovisasi. Tapi yang paling penting adalah proses mendengarkan," ungkap Hanuraga.
Residensi Bromo Jazz Camp Sempurnakan Latihan Jelang Tampil di Jazz Gunung Bromo. Sri Hanuraga, mentor keyboard dalam kelas residensi Bromo Jazz Camp.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Para peserta residensi Bromo Jazz Camp pun setiap hari melakukan proses itu. Sejak pagi hingga malam. Apalagi mereka akan sepanggung dengan musisi-musisi besar dalam Jazz Gunung Bromo. Seperti Elfa's Singer, Vina Panduwinata, GIGI, dan lain-lain.
Namun, mereka begitu menikmati prosesnya. "Kami benar-benar belajar harmonisasi. Begitu juga dengan kerja sama antar-pemain yang lain. Termasuk membangun chemistry. Bagaimana memainkan synchope, pola notasi, dan sebagainya. Harus janjian dulu," ungkap Sheryl.
BACA JUGA:Jazz Gunung Bromo 2024, Dewa Budjana Janjikan Penampil yang Warna-Warni
Seperti lagu Round Midnight yang mereka mainkan. Pola kord dalam lagu tersebut adalah akord dominan. "“Lagu tersebut banyak menggunakan akord dominan. Kalau sudah menggunakan akord dominan, kualitasnya harus disamakan khususnya antara instrumen yang memegang harmoni agar tidak tabrakan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway