Kiprah Zhang Shuangmin Hidupkan Kembali Seni Lukis Tradisional Tangliucai di Tiongkok

Kiprah Zhang Shuangmin Hidupkan Kembali Seni Lukis Tradisional Tangliucai di Tiongkok

Kiprah Zhang Shuangmin Hidupkan Kembali Seni Lukis Tradisional Tangliucai di Tiongkok. Zhang Shuangmin menunjukkan sejumlah hasil karyanya lewat seni tangliucai. Seni tersebut memiliki akar sejarah mendalam sejak era Dinasti Tang.-China Daily-chinadaily.com.cn

Sementara itu, dalam kompilasi berjudul Empat Harta Studi Sarjana yang ditulis Su Yijian, sarjana era Dinasti Song (960-1279), jenis kertas dekoratif yang disebut liushajian, atau kertas notepad pasir mengalir, yang digunakan dalam tangliucan, dibuat di Provinsi Sichuan.

Zhang menyayangkan fakta bahwa seni tersebut hampir punah di negara asalnya. Sementara di luar negeri, seperti di Turkiye, seni marbling yang dikenal sebagai Ebru diakui sebagai warisan budaya takbenda UNESCO pada tahun 2014. 

BACA JUGA:Silaturahmi dengan Kasih Sayang, Bursa Lukisan Komunitas Brighten Art Digelar untuk Memancing Minat Apresiator

Namun, ia menolak anggapan bahwa seni tangliucai telah mati. "Itu tidak benar. Karena kita masih dapat menemukan teknik pencetakan air ini diterapkan secara terus-menerus dalam marbling kertas Xuan," kata seniman 53 tahun itu, seperti dilansir China Daily.

Zhang berhasil menghidupkan kembali tangliucai dengan keahlian dan keterampilannya sendiri. Prosesnya membutuhkan kesabaran dan komitmen tinggi. "Penciptaan tangliucai tampak sederhana. Tetapi teknik-tekniknya menantang kesabaran dan komitmen," katanya. 

Misalnya, kombinasi warna, jumlah pigmen, dan penempatan tetesan semuanya memerlukan pertimbangan dan penilaian berulang.

BACA JUGA:Spiritualitas Karyono dalam Lukisan: Hati Penuntun Segala


Kiprah Zhang Shuangmin Hidupkan Kembali Seni Lukis Tradisional Tangliucai di Tiongkok. Zhang Shuangmin menginspirasi siswa-siswanya untuk melepaskan kreativitas mereka dengan eksperimmen yang menyenangkan.-China Daily-chinadaily.com.cn

Selain mengajar keterampilan teknis, Zhang menginspirasi siswa-siswanya untuk melepaskan kreativitas mereka dengan bereksperimen dengan kombinasi warna dan merancang pola. Hingga saat ini, Zhang memiliki lebih dari 20 murid yang telah belajar seni ini selama bertahun-tahun. 

Salah seorang muridnya, Li Xinyu, terpesona oleh proses penciptaan dan keindahan tangliucai pada pandangan pertama. "Ini adalah seni yang membutuhkan akumulasi jangka panjang dan inovasi terus-menerus. Saya masih belajar dan terus belajar," kata Li.

Zhang percaya bahwa partisipasi dan pencapaian adalah kunci untuk keberlanjutan seni tangliucai. "Anak muda suka barang-barang kustomisasi. Jadi saya membuat tangliucai di atas syal, topi, atau sepasang sepatu. Bisa digunakan sebagai hadiah, misalnya, untuk orang yang dicintai. Atau sebagai ungkapan perasaan," ujarnya. 

BACA JUGA:Pameran Lukisan oleh Komunitas Art Continuous: Sebuah Implementasi Lain Pahlawan

Zhang memanfaatkan pola pikir anak muda untuk menerapkan tangliucai ke lebih banyak media yang dekat dengan hati mereka. Hingga saat ini, produk turunan tangliucai telah mencakup keramik, syal, tas, sepatu, dan topi.

Melalui dedikasi dan upayanya, Zhang telah berhasil menghidupkan kembali dan mempopulerkan seni tangliucai. Membawa warisan budaya itu untuk generasi muda dan audiens yang lebih luas. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: china daily