Suka Tamiya? Terlihat Sepele Tapi Bisa Habiskan Dana Besar untuk Modifikasi
Suka Tamiya? Terlihat Sepele Tapi Bisa Habiskan Dana Besar untuk Modifikasi. Tamiya andalan Wisnu Aji yang kerap memenangkan lomba.-Wisnu Aji Setyo Wicaksono-HARIAN DISWAY
Tamiya. Mobil balap mini itu tampaknya seperti mainan anak-anak biasa. Tapi siapa sangka penggemarnya dari berbagai macam usia. Wisnu Aji Setyo contohnya. Untuk sebuah tamiya, ia menghabiskan dana hingga 2 juta lebih.
Dua puluh lima tamiya tipe standart box, tujuh tipe standart original dan dua tamiya sloop. Itulah koleksi Wisnu. Pria asal Yogyakarta yang kini menetap di Kanada itu memang tak main-main soal tamiya. Tapi kalau beli harus izin istri. Atau secara sembunyi-sembunyi.
Tapi jika membeli secara sembunyi-sembunyi, menyimpannya pun harus sembunyi-sembunyi pula. Jika ketahuan, istrinya akan bertanya, “Mas, ki tamiya anyar neh to? Dinggo opo nglumpukke tamiya terus (Mas, ini tamiya baru lagi? Buat apa mengumpulkan tamiya terus, RED)?” ujar Mariana, istri Wisnu, seperti yang ditirukannya. Istrinya selalu protes apabila suaminya membeli tamiya baru.
BACA JUGA:Mongga, Customizer Die Cast Spesialis Off Road: Hobi yang Menjelma jadi Aliran Dolar
Suka Tamiya? Terlihat Sepele Tapi Bisa Habiskan Dana Besar untuk Modifikasi. Wisnu Aji Setyo (berbaju kuning) saat mengikuti perlombaan tamiya di Yogyakarta.-Wisnu Aji Setyo Wicaksono-HARIAN DISWAY
Bila sudah begitu, keringat dingin mengucur sebesar biji jagung. Istrinya sebenarnya membolehkan Wisnu mengoleksi tamiya. Tapi jangan berlebihan. “Lha kalau sudah suka, lantas bagaimana? Kadang-kadang rasa ingin membeli tak tertahan lagi,” keluhnya.
Ketika di Indonesia, sekali-dua kali tiap bulan, Wisnu selalu menjajal tamiyanya di track yang tersedia di sebuah pusat perbelanjaan di Yogyakarta. Saat lomba, ia selalu aktif berpartisipasi. Istri dan anaknya selalu diajak. Mereka selalu senang ketika Wisnu menang lomba.
“Kalau menang, senang. Tapi kalau beli tamiya baru, kadang-kadang sewot. Padahal reputasi saya soal tamiya tak diragukan lagi,” ungkapnya.
BACA JUGA:Anda Pemula yang Ingin Menekuni Hobi Berkebun? Ini Lima Tip Mudah untuk Memulainya
Dalam perlombaan tamiya, biasanya terdapat empat kategori. Pertama, tipe standart original. Yakni model tamiya yang menggunakan semua spare part asli. Boleh dimodifikasi, namun peranti modifikasinya harus benar-benar asli produk tamiya.
“Artinya, all part dari chasis, body, as roda, as double gardan, roller, antena, bearing, bumper carbon, semua asli tamiya. Serta wajib menggunakan body atau penutup chasis,” terang alumni ISI Yogyakarta itu.
Kedua, perlombaan kategori standart box. Biasanya penyelenggara menjual tamiya, kemudian mewajibkan peserta lomba untuk membeli barang dagangan mereka. Setelah itu para peserta merakit tamiya yang dibelinya. Setelah jadi, baru dilombakan. Jenis lomba itu menampilkan model tamiya sesuai box atau apa adanya. Tanpa modifikasi.
BACA JUGA:Journaling, Hobi Baru untuk Kurangi Stres, Mau Coba?
Ketiga, kategori sloop. Yakni perlombaan tamiya modifikasi tanpa body. Spare part untuk memodifikasi boleh tidak menggunakan produk spare part tamiya. Biasanya, pemilik tamiya sloop memotong bumper dan memasang bahan dari fiber.
Dinamo tamiya menggunakan dinamo modifikasi yang kumparannya telah dililit sedemikian rupa. Sedangkan roda depan biasanya hanya dilapisi dengan spon sangat tipis untuk menunjang kecepatan.
Keempat, kategori speed. Yakni adu cepat tamiya yang telah dimodifikasi habis-habisan untuk menunjang kecepatan. Biasanya tanpa tutup atau body. Ban depannya hanya menggunakan laher. “Kalau tamiya jenis speed saya kurang suka. Kurang artistik saja. Kalau yang lainnya, meski dimodifikasi namun tetap nyeni,” ujar pria 43 tahun itu.
Suka Tamiya? Terlihat Sepele Tapi Bisa Habiskan Dana Besar untuk Modifikasi. Beragam bentuk tamiya yang ada dalam box.-Wisnu Aji Setyo Wicaksono-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Ini Hobi Lain Kapten Persebaya Reva Adi Selain Sepak Bola
Tamiya biasanya dijual di pasaran dan dikemas dalam box plastik. Di dalamnya berisi seperangkat spare part, chasis dan rangkaian plastik untuk dibentuk menjadi body.
Pertama-tama, merangkai chasis-nya. Roda dipasang di bagian depan dan belakang. Sedangkan dinamo diletakkan di ruang mesin. Biasanya tergantung jenis chasis. Ada yang menempatkan mesin di belakang, tengah dan depan.
Sedangkan di ujung dinamo terdapat gear yang terpaut dengan gear yang telah dipasang di tangkai aluminium roda. Sehingga ketika menyala, daya putarnya dapat menggerakkan kedua roda tamiya.
BACA JUGA:Jarang Orang Tahu, Hobi Berkebun Punya Banyak Manfaat bagi Tubuh
“Dari tahun 1990 sampai sekarang, banyak bermunculan varian chasis. Terbaru dan paling famous adalah chasis super II. Bisa dipasang baterai yang besar dan lebih bertenaga,” ujar ayah satu anak itu.
Untuk baterai, biasanya digunakan balap sepanjang tiga putaran, harus dilepas dan di-charge. Alat charger-nya khusus. Biasanya sekotak bisa untuk charge 4-6 baterai sekaligus.
Harga di Indonesia untuk tamiya orisinil berkisar antara 250 ribu hingga 300 ribu. Ada pula merek mobil lain. Seperti “Auldey”. Namun, kualitas paling bagus adalah yang benar-benar merek “Tamiya”.
BACA JUGA:Keterusan Hobi Bersepeda, WNI di Korea Bikin Komunitas IKC
Suka Tamiya? Terlihat Sepele Tapi Bisa Habiskan Dana Besar untuk Modifikasi. Hobi tamiya butuh modal cukup besar. Terutama untuk modifikasi.-Wisnu Aji Setyo Wicaksono-HARIAN DISWAY
Wisnu dapat menghabiskan dana sekitar 2 juta lebih untuk satu tamiya. Terutama tipe standart original. Mobilnya saja 250 ribu. Velg empat pasang 200 ribu. Dua as-nya 50 ribu. Empat roda khusus harganya 150 ribu, kemudian dibubut, dibuat tipis.
“Biaya bubutnya 50 ribu. Roller dua pasang 600 ribu. Fiber komplit depan-belakang-tengah harganya 450 ribu. Sepasang baterai 10 ribu mah, harganya 150 ribu. Saya beli enam pasang. Belum yang lain-lain. Sudah berapa?,” tanyanya. Demi hobi, berapa pun rasanya tak sia-sia.
Tamiya pertama kali muncul tahun 1946. Semula bukan mobil, melainkan miniatur perahu dan mainan pesawat terbang. Tahun 1960, perusahaan tamiya yang didirikan Yoshio Tamiya mengeluarkan perangkat mainan rakitan kendaraan militer dan pesawat tempur.
BACA JUGA:Sherly Lembono; Content Creator yang Hobi Memasak dan Olahraga
Barulah pada 1982, perusahaan tersebut merilis mobil mainan tanpa remot, bernama “4WD Mini Racer” yang populer dan semakin berkembang hingga kini.
Wisnu mulai menggemari tamiya sejak duduk di bangku SD tahun 1990. Waktu itu ia sering melihat perlombaan tamiya dan mengumpulkan uang untuk membeli 1 box.
Ia masih ingat betul. Di Malioboro ada toko yang khusus menjual tamiya, dan di daerah sekitar situ terdapat track tamiya yang digunakan untuk adu balap. Pada tahun itu harganya masih 8 ribu. Paling mahal 12 ribu.
BACA JUGA:Takeyama Kenichi, Konjen Jepang di Surabaya yang Hobi Naik Gunung (4-habis)
Bersama kawan-kawan masa kecil, Wisnu sering melihat anak-anak bermain tamiya. Tak jarang ketika mengetahui tamiya nyasar, niat jahilnya muncul. Ia menyembunyikan mainan tersebut di balik bajunya dan kabur.
Pengalaman masa kecil dan kegemarannya terhadap tamiya berlangsung hingga saat ini. “Ketika ada undangan pentas tari di Jepang, saya sempat beli sekotak tamiya. Harganya kalau dikalkulasikan dalam rupiah, Cuma 50 ribu. Di Indonesia bisa 250 ribu,” ungkapnya.
Kini di Kanada, Wisnu sering merasa rindu untuk mengikuti ajang balapan seperti di Indonesia. Ia sudah menyiapkan segala sesuatunya. Termasuk tabungan khusus yang dialokasikan untuk keperluan modifikasi.
BACA JUGA:Takeyama Kenichi, Konjen Jepang di Surabaya yang Hobi Naik Gunung (3)
Untuk soal itu ia aman, karena istrinya tak begitu tahu harga spare part-nya. Namun jika ia membeli tamiya baru dalam kemasan box dan ketahuan, pasti kena marah. (Guruh Dimas Nugraha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway