Entertainment Tourism, Asa Baru Menuju Ekosistem Resiliensi Ekonomi

Entertainment Tourism, Asa Baru Menuju Ekosistem Resiliensi Ekonomi

ILUSTRASI entertainment tourism, asa baru menuju ekosistem resiliensi ekonomi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA: Pertahankan Jatim sebagai Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi Nasional

BACA JUGA: Swiftonomics, Kutub Baru Pertumbuhan Ekonomi

Demikian pula, saat perekonomian Amerika Serikat (AS) mengalami perlambatan karena dipicu bunga tinggi The Fed untuk menahan laju inflasi yang bersifat higher for longer, gebrakan wisata hiburan dengan menampilkan Taylor Swift telah sukses menggebrak kebuntuan perekonomian Negeri Paman Sam ke arah titik terang. 

Badan Pariwisata AS telah mencatat bahwa estimasi keuntungan total bruto dari sekali rangkaian konser musik Swift mencapai USD 65 juta. Angka itu belum termasuk keuntungan para pedagang merchandise di saat konser. 

Para pedagang makanan dan minuman, naiknya omzet industri bisnis iklan billboard, melonjaknya okupansi hotel, omzet perusahaan taksi melesat, industri penerbangan untung besar, dan mendongkrak angka pariwisata setempat. Taylor Swift dianggap sebagai economic driver baru yang berhasil menggerakkan kutub-kutub pertumbuhan ekonomi AS ke arah menggembirakan.

BACA JUGA: Mengkritisi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Kabinet 2024-2029

BACA JUGA: Ekonomi Makan Tabungan

BAGAIMANA DENGAN INDONESIA?

Wisata yang dikombinasikan dengan hiburan atau yang lebih dikenal dengan istilah entertainment tourism kian berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Banyak negara yang mulai mengincar sektor itu. 

Ke depan, entertainment tourism pun diharapkan menjadi motor penggerak sektor pariwisata di Indonesia. Jika melihat ke belakang, sejumlah event entertainment tourism sukses digelar di tanah air. 

Gelaran tersebut pun sekaligus menjadi ajang promosi efektif pariwisata Indonesia ke mancanegara. Apalagi, berbagai daerah di Indonesia pun berlomba mengembangkan entertainment tourism dengan menampilkan ikon local wisdom masing-masing untuk menarik minat wisatawan mancanegara maupun domestik yang pada gilirannya mampu menangguk devisa.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mencatat rekor baru bahwa band ternama berasal dari AS, Coldplay, yang tampil bulan November tahun lalu sukses meraih keuntungan besar. Konser yang dipadati sekitar 81 ribu penonton itu telah berhasil menciptakan perputaran uang sebesar Rp1,2 triliun dalam sekali tampil. 

Perputaran uang tersebut berasal dari penjualan tiket online, penuhnya okupansi kamar hotel, hingga meningkatnya penggunaan transportasi umum dan sektor ekonomi lainnya. Karena itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pun pernah berpendapat dan membayangkan jika sehari saja konser Coldplay telah menggerakkan perputaran uang yang besarnya begitu fantastis, bagaimana kalau konser tersebut digelar enam hari berturut-turut sebagaimana konser Taylor Swift di Singapura. 

Pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif makin kuat pascapandemi meski belum mencapai level prapandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan I 2023 secara kumulatif mencapai 2,5 juta kunjungan atau naik 508,87 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun 2022. 

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun memprediksi kunjungan wisman pada tahun-tahun mendatang bisa menembus kurang lebih 10 juta kunjungan. Sektor pariwisata merupakan salah satu penopang perekonomian Indonesia dan menjadi penyumbang devisa utama. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: