YPKABK, FISIP Unair, dan Pemdes Gelar Pelatihan Kader ABK di Dukuh Tengah

YPKABK, FISIP Unair, dan Pemdes Gelar Pelatihan Kader ABK di Dukuh Tengah

Sambutan oleh Ketua Panitia Pengabdian Masyarakat, Dr. Tuti_Budirahayu, Dra., M.Si. di Pengabdian Masyarakat_ Desa Kreatif Menuju Masyarakat Inklusif dan Peduli ABK di Balai Dukuh Tengah Sidoarjo-Angelita Ariko Pinkan-Liputan

SIDOARJO, HARIAN DISWAY - Pada Sabtu, 30 Agustus 2024, berlangsung kegiatan pengabdian masyarakat di Balai Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Kegiatan itu merupakan kerja sama antara YPKABK, FISIP Unair, dan Pemerintah Desa Dukuh Tengah.

Kegiatan itu dimulai pukul 10 pagi. Bertujuan untuk melatih kader posyandu dalam mengenali anak berkebutuhan khusus (ABK) sejak dini. Kegiatan tersebut diberi nama "Desa Kreatif Menuju Masyarakat Inklusif dan Peduli ABK."

Acara itu dihadiri Kepala Desa Dukuh Tengah, Ketua Panitia Pengabdian Masyarakat, dan Ketua Yayasan YPKABK. Sebelum kegiatan dimulai, para peserta diberikan post-test mengenai desa inklusif dan ABK.

BACA JUGA:Unair Tutup Gelaran PKKMB dengan Tanam Pohon Buah


Peserta Pengabdian Masyarakat_ Desa Kreatif Menuju Masyarakat Inklusif dan Peduli ABK di Balai Dukuh Tengah Sidoarjo yang hadir dalam penyuluhan dihimbau untuk mengisi pre-test sebelum penyampaian materi-Angelita Ariko Pinkan-Liputan

"Itu adalah langkah awal untuk mewujudkan desa kreatif inklusif berbasis masyarakat. Inklusif yang dimaksud adalah melibatkan semua anggota masyarakat. Baik yang berkebutuhan khusus maupun yang reguler," ujar Tuti Budirahayu, ketua program Pengabdian Masyarakat.

Pelatihan itu difokuskan pada kader posyandu karena mereka sering berinteraksi dengan balita. Dengan begitu, mereka bisa mendeteksi gejala sejak dini dan segera merujuk ke pihak profesional.

Sawitri Retno Hadiati, ketua Yayasan YPKABK, menjelaskan bahwa ABK mencakup anak usia 0-18 tahun atau lebih dari 18 tahun. Jika perkembangan mental anak belum mencapai usia tersebut, maka itu bisa dikategorikan berkebutuhan khusus. Dia juga memaparkan tiga ragam disabilitas yang ada. Yaitu fisik, sosial, mental (seperti autisme dan ADHD), serta intelejensi.

BACA JUGA:Anak Berkebutuhan Khusus di Sidoarjo Disiapkan Jadi Duta Lingkungan

Sawitri juga menekankan pentingnya deteksi dini untuk mencegah ketertinggalan perkembangan tersebut. "Sebenernya tidak ada istilah bodoh. Hanya sebenarnya belum ditemukan metode belajar yang tepat untuk mereka" ujarnya.

Di acara itu, Sawitri juga memamerkan karya-karya anak berkebutuhan khusus. Seperti lukisan yang dijadikan custom tumbler dan tas, hiasan dinding, serta olahan pangan. Yayasan YPKABK sudah bergerak sejak 2022. Itu adalah pengabdian masyarakat kedua setelah Desa Mulyorejo.


Dr. Sawitri Retno Hadiati, dr.MQHC menunjukkan hasil karya anak-anak berkebutuhan khusus kepada hadirin di Pengabdian Masyarakat_ Desa Kreatif Menuju Masyarakat Inklusif dan Peduli ABK di Balai Dukuh Tengah Sidoarjo-Angelita Ariko Pinkan-Liputan

BACA JUGA:Sekolah Negeri Wajib Terima Anak Berkebutuhan Khusus, Dewan Pendidikan Surabaya Beri Catatan Khusus

Sawitri berharap desa kreatif inklusif dapat terwujud lebih cepat dari perkiraan yang memerlukan waktu sekitar 13 tahun. "Dengan kesadaran tinggi dari berbagai pihak, kita bisa mempercepat terwujudnya desa kreatif inklusif," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: