Megawati Usulkan Pembentukan Hukum Internasional soal Penggunaan AI

Megawati Usulkan Pembentukan Hukum Internasional soal Penggunaan AI

Megawati Soekarnoputri saat mengisi kuliah umum di St. Petersburg University, Rusia.--Tangkapan layar/ Instagram @PDIperjuangan

HARIAN DISWAY - Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri mengajak negara di dunia agar menyusun hukum internasional yang mengatur penggunaan Artificial Intellegence (AI).

Megawati mengungkapkan bahwa terdapat risiko penyalahgunaan AI oleh aktor nonnegara atau entitas nonnegara.

Ketua umum PDI Perjuangan itu menyampaikannya dalam kuliah umum memperingati Hari Ulang Tahun Ke-300 Saint Petersburg University (SPBU) di Rusia pada Senin, 16 September 2024.

BACA JUGA:Kembangkan Teknologi Artificial Intelligence Kesehatan, UBAYA-Nexmedis Kerja Sama Lebih Intens

BACA JUGA:Wamenkominfo Nezar Patria Dorong Dunia Kedokteran Adopsi Teknologi Artificial Intelligence (AI)

Menurutnya, dunia saat ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks, volatile, penuh ketidakpastian, dan berpotensi terjadinya ekskalasi konflik.

"Potensi konflik harus segera dimitigasi, termasuk akibat penyalahgunaan kemajuan teknologi, termasuk artificial intelligence," ujarnya.

Dia menilai perkembangan teknologi di satu sisi membawa kemajuan bagi peningkatan taraf kehidupan. Tetapi, jangan lupa bahwa teknologi di sisi lain dapat menjadi senjata pemusnah massal yang menghancurkan peradaban.

Megawati yang sekaligus sebagai ketua dewan pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tersebut berpendapat situasi saat ini semakin mempersulit persoalan geopolitik yang bersifat multipolar.

BACA JUGA:Jawab Tantangan dan Peluang dengan AI, ICVIAS 2023 Usung Tema Artificial Intelligence for Community Development

BACA JUGA:Presiden Jokowi: Jangan Takut dengan AI, Menkominfo Susun SE Etika Artificial Intelligence

Bahkan, melibatkan berbagai aktor dan spektrumnya semakin meluas karena munculnya aktor-aktor nonnegara.

Menurutnya, potensi konflik muncul akibat perbedaan kepentingan nasional dan dan benturan penguasaan sumber daya.

Konflik juga dipicu melalui identitas agama, etnisitas, dan lahirnya berbagai paham baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: