Belajar dari Dua Kali Penembakan Trump

Belajar dari Dua Kali Penembakan Trump

Donald Trump kembali menjadi sasaran penembakan, kali ini saat dirinya bermain golf dan pelaku menggunakan AK-47.-tangkapan layar X@GenuineQ333-

BACA JUGA:Debat Panas di Philadelphia: Harris Klaim Trump Akan Larang Aborsi Nasional, Trump Beri Jawaban Ambigu

BACA JUGA:Trump dan Harris Imbang di Survei Jelang Debat Capres, Pilpres AS Makin Panas

Setelah respons darurat dilakukan, dieksekusilah prosedur lockdown ke seluruh kompleks lapangan golf demi mengamankan area tersebut dan mencegah ancaman lebih lanjut. Kolaborasi dengan pihak berwenang setempat, termasuk kantor Sheriff Palm Beach County, untuk mengendalikan situasi dan menangkap tersangka.

PENGARUH INSIDEN PADA ELEKTABILITAS

Insiden penembakan Donald Trump sejatinya memiliki pengaruh besar bagi preferensi pemilih, baik di ranah popular vote maupun electoral college

Trump dapat saja membangun narasi bahwa ia adalah tokoh yang selama ini dizalimi khususnya oleh presiden petahana yang belum berhasil menghadirkan keamanan bagi tiap warga negara tidak terkecuali posisinya sebagai VVIP yang hendak berlaga dalam kontestasi pilpres. 

Secara simultan, insiden Trump sangat berdampak terhadap elektabilitasnya. Pendukungnya dapat saja memberikan tambahan simpati dan dukungan yang justru dapat mendongkrak keterpilihannya di dalam kontestasi pilpres.

Jati diri atau ciri khas dari pendukung Trump makin menguat, khususnya kalangan pemilih lama Trump pada pilpres sebelumnya. Donald Trump mengambil reaksi yang cenderung tetap tenang dan optimistis serta mengimbau para pendukungnya untuk tetap solid mendukungnya. 

Kepercayaan diri Trump makin meningkat walaupun terjadi eskalasi yang membahayakan nyawanya. Strategi playing victim tentu dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa justru di tengah-tengah visinya AS untuk great again tersebut terjadi persekusi sampai dengan kekerasan yang dilontarkan secara fisik.

Alih-alih pertanyaan besar apakah Harris dapat melanjutkan estafet Joe Biden dalam kepresidenan, Trump justru dapat memosisikan diri sebagai korban serangan dari lawan-lawan politiknya, yang dapat beresonansi dengan para pemilih yang merasa kehilangan hak pilihnya atau tidak percaya pada sistem politik. 

Momentum itu dapat menjadi leverage citra Trump yang seolah menjadi pihak yang disingkirkan secara kasar dalam kancah perpolitikan AS dengan serangkaian upaya untuk melukai secara fisik dan bahkan lebih parahnya melakukan percobaan pembunuhan.

Insiden kali ini sedikit banyak dapat meningkatkan jumlah pemilih di antara para pendukung Trump, yang terdorong dalam memberikan suaranya baik di jagat maya maupun dunia nyata sebagai tanggapan atas ancaman yang dirasakan terhadap kandidat yang didukungnya. 

Narasi emosional sarat populisme Trump dengan fakta-fakta yang beredar seputar penembakan tersebut dapat meningkatkan keterlibatan dalam aksi unjuk rasa maupun acara demonstrasi di jalan untuk bersuara membela sosok yang bertempat tinggal di Mar-a-Lago itu. 

Trump mendapat banyak simpati khususnya di media sosial, terutama berkaca pada peristiwa penembakan pertama dengan beredarnya foto dengan angle yang menarik memotret ia dari bawah membuat efek dramatisasi penembakan menjadi makin kuat.

REFLEKSI BAGI INDONESIA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: