Dramaturgi Politik Pilkada Surabaya, Panggung Sandiwara Para Tokoh
Dramaturgi Politik Pilkada Surabaya, Panggung Sandiwara Para Tokoh. Dramaturgi Politik Elektoral, buku karya Abdus Sair yang mengkaji Pilkada dan politik elektoral menggunakan perspektif dramaturgi.-Intrans Publishing-
Ada pula karya Thomas Hobbes abad ke-17 tentang kemunafikan politik (hal. 12). Sedangkan dramaturgi politik dapat ditelusuri dari karya-karya yang lebih kekinian. Seperti Hall (1972), Howdsen dkk (1977), Schiller (1978), John F Welsh (1985), Borreca (1993). Maarten A. Hajer (2005) hingga Dennis Stefan (2020).
Termasuk pula karya Kenneth Burke "Dramatisme" (hal. 12-26). State of the art dramaturgi yang ditulis pada buku itu, menunjukkan keseriusan belajar dan ketekunan sang penulis. Tidak mudah untuk mengidentifikasi akar teoritik sampai pada teori yang terbaru.
Sayangnya, penulis tidak menampilkan state of the art dalam bentuk gambar untuk memudahkan pembaca merunut perjalanan teori.
BACA JUGA:Review Film Dont Worry Darling: Utopia, Antara Ada dan Tiada
Dramaturgi Politik Pilkada Surabaya, Panggung Sandiwara Para Tokoh. Kenduri Literasi yang menghadirkan Abdus Sair, penulis buku Dramaturgi Politik Elektoral.-UWKS-
State of the art dalam tradisi kajian hadis disebut dengan sanad, yakni daftar otoritas yang meriwayatkan hadits, mulai dari rawi awal hingga kepada sahabat. Sanad berasal dari bahasa Arab yang berarti sandaran atau tempat bersandar.
Maka membaca state of the art dramaturgi pada buku itu, telah menjadi sandaran yang cukup kuat untuk menganalisis berbagai drama dalam politik elektoral.
Kelebihan buku itu adalah kaya akan data lapangan yang diperoleh melalui wawancara dan penelusuran dokumentasi dari berbagai pemberitaan (hal. 85-133). Bahkan penulis merasa perlu menambahkan data baru untuk kepentingan pengembangan tulisan buku itu.
BACA JUGA:Komentar Komunitas Hobby Nonton untuk Film Horor Barbarian
Temuan lapangan tersebut kemudian diformulasikan dan dijelaskan dengan kerangka dramaturgi Goffman dalam bukunya, The Presentation of Self in Everyday Life (1959).
Beberapa konsep Dramaturgi Goffman diantaranya konsep diri, panggung depan dan belakang, setting dan personal front (panggung depan), tim pertunjukan, seni mengelola kesan (interaksi yang tidak difokuskan dan difokuskan).
Metode mengelola kesan menurut Goffman dapat dikembangkan melalui 3 teknik. Yaitu presentasi diri, tindakan dramaturgis dan kehati-hatian dramaturgis. Tidak cukup menafsirkan drama politik elektoral hanya mengacu pada satu karya Goffman.
BACA JUGA:Diskusi Film Black Adam: It’s All About The Rock
Tafsiran dan pemaknaan di seputar dramaturgi juga dilengkapi karya Goffman lainnya, yaitu Frame Analysis: An Essays on the Organization Experience (1974) dan tentu sumber referensi lainnya yang relevan.
Tidak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan buku itu. Secara teknis, penulisan sitasi buku itu tampaknya tidak menggunakan references manager/mendely atau apapun aplikasi sitasinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: