Menyambut Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran (3-Habis): Warisan Presiden Indonesia dan Karakter Kepemimpinan

Menyambut Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran (3-Habis): Warisan Presiden Indonesia dan Karakter Kepemimpinan

ILUSTRASI Menyambut Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran (3-Habis): Warisan Presiden Indonesia dan Karakter Kepemimpinan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA: Heritabilitas Politik Gibran dan Kaesang dalam Genopolitik

WARISAN POLITIK

Dalam fikih, warisan berupa benda material yang siap dibagi sesuai hukum waris kepada ahli waris yang telah ditentukan (ashabul furudh) dan pihak lain yang dimungkinkan dapat bagian (ashabah). Setiap ahli waris mendapat bagian masing-masing sesuai hukum waris yang telah ditentukan. Warisan mudah dibagi kepada ahli waris karena berbentuk benda material. 

Lalu, bagaimana dengan warisan politik? Peninggalan atau warisan politik tidak berbentuk benda seperti warisan dalam fikih, tetapi berbentuk kebijakan, kekuasaan, bahkan keteladanan kepemimpinan melalui sikap dan perbuatan selama seseorang mendapat amanah sebagai seorang pimpinan. 

Kepemimpinan tidak hanya terbatas pada jabatan presiden, akan tetapi jabatan pada semua lini sesuai institusi atau organisasi masing-masing. 

Dengan demikian, apa saja yang menjadi kebijakan dan ”keputusan politik” selama seseorang memimpin akan menjadi warisan atau peninggalan yang akan selalu dikenang masyarakat, bahkan akan menjadi bagian dari sejarah bangsa dan institusi atau organisasi yang pernah dipimpin, bahkan akan ditulis dalam tinta sejarah bangsa yang kelak turun-temurun diwariskan kepada generasi berikutnya.

Warisan atau sesuatu yang ditinggalkan itu, apabila baik, akan menjadi catatan sejarah yang baik pula. Sebaliknya, kalau yang diwariskan itu buruk, akan ditulis dalam catatan sejarah buruk pula. 

Di sinilah pentingnya seorang pimpinan mewariskan peninggalan yang baik agar menjadi ”amal jariah” atau perbuatan baik yang terus mengalir pahalanya kepada pimpinan yang telah selesai menjalankan tugas. 

Bahkan, sampai kelak yang bersangkutan meninggal dunia, pahala atau kebaikan tersebut tetap terus mengalir kepada yang bersangkutan dan orang-orang yang pernah bersamanya dalam kepemimpinan.

Sebaliknya, kalau warisan yang ditinggalkan itu buruk, keburukan tersebut juga akan dikenang masyarakat dan ditulis dalam tinta sejarah bangsa sebagai warisan keburukan. 

Bahkan, kelak ketika yang bersangkutan meninggal dunia, keburukan tersebut juga akan terus mengalir kepada yang bersangkutan dan orang-orang yang pernah bersamanya dalam kepemimpinan. Na’udzu billah min dzalik (kita berlindung dari perbuatan demikian).

TRANSFORMASI DAN KARAKTER KEPEMIMPINAN

Dalam sejarah kepemimpinan nasional di Indonesia, setiap presiden memiliki warisan yang berbeda-beda terkait warisan atau sesuatu yang ditinggalkan kepada bangsa dan negara. 

Warisan setiap pemimpin biasanya selalu dikenang dan dicatat dalam sejarah bangsa sebagai ”sesuatu yang sangat berharga” dan akan selalu diingat secara turun-temurun. Bahkan, akan menjadi bahan atau bagian dari kurikulum pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi sebagai bahan yang dijadikan kajian dan studi kasus.

Warisan yang baik akan dijadikan studi kasus untuk diambil sebagai ibrah (pelajaran penting) untuk terus diikuti, diteladani, dan diteruskan. Sebaliknya, warisan yang tidak baik akan dijadikan bahan atau studi kasus untuk diambil sebagai ibrah pula untuk tidak diikuti dan jangan sampai ditiru. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: