Kemenperin sebut Banjir Impor Jadi Penyebab Deflasi 5 Bulan Beruntun

Kemenperin sebut Banjir Impor Jadi Penyebab Deflasi 5 Bulan Beruntun

Juru bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, fenomena deflasi bisa diatasi jika berhasil menghentikan impor produk jadi ke dalam negeri. -Kemenperin-

HARIAN DISWAY - Deflasi 5 bulan berturut-turut menjadi topik hangat yang mencuri perhatian. Pemerintah telah banyak melakukan strategi untuk kembali menormalkan harga di Indonesia. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ikut menanggapi.

Terkait deflasi yang tengah dialami Indonesia mulai bulan Mei hingga September 2024. Juru bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, fenomena deflasi bisa diatasi jika berhasil menghentikan impor produk jadi ke dalam negeri. 

“Kuncinya adalah untuk mengatasi deflasi itu harus diperhatikan peredaran atau masuk barang-barang impor produk jadi,” tutur Febri di sela-sela gelaran Fun Run and Walk Hari Batik Nasional 2024, di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu, 6 Oktober 2024.

BACA JUGA: Atasi Deflasi, Indonesia Belajar dari Jepang dan Eropa dalam Menghindari Krisis Pangan

Kondisi deflasi saat ini juga dipengaruhi adanya fenomena melemahnya daya beli  masyarakat. Ia menilai, penyebab lemahnya daya beli masyarakat akibat kinerja industri yang tidak optimal, akibat barang impor yang terus membanjiri tanah air. 


Jubir kemenperin Febri Hendri Antoni Arif-Kemenperin-

Dia menyoroti kinerja industri dalam Purchasing Manager’s Index (PMI) dari S&P Global yang berada dalam level kontraksi sejak Juli hingga September 2024. Dia juga melihat angka Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kemenperin yang terpantau stagnan.

“Pelemahan daya beli disebabkan karena industri manufaktur kan berdasarkan IKI industri manufaktur kinerjanya stagnan. Kalau PMI di bawah 50 kontraksi. Itu menyebabkan pengurangan produksi. Berarti pendapatan pekerjanya bisa lebih rendah lagi,” ucap Febri.

BACA JUGA: Diflasi 5 Bulan Beruntun, Bentuk Keberhasilan Pemerintah

Menurut dia, pemerintah harus memperketat masuknya produk jadi ke dalam negeri. Jika dilakukan produksi industri dalam negeri bisa lebih tinggi kuantitas dan kualitasnya dan mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Pada akhirnya mampu meningkatkan daya beli masyarakat. Berdasarkan data BPS terakhir deflasi terjadi sejak Mei 2024, deflasi 0,03 persen pada Mei, 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen pada Juli, 0,03 persen pada Agustus.

Terakhir 0,12 persen pada September. Kinerja industri nasional pada Juli 2024 mengalami penurunan yang drastis, kinerja manufaktur di bawah ambang batas ekspansi 50 menjadi 49,3 dan kontraksi dilanjutkan Agustus jadi 48,9.

BACA JUGA: BPS Mencatat Indonesia Alami Deflasi 4 Bulan Berturut-turut

Lalu dari sisi IKI, pada Juli 2024 skor IKI mencapai 52,4 turun dari Juni 52,5. Kemudian kembali turun pada Agustus tetap pada 52,4 dan September masih 52,48. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: