Txiki Begiristain Pamit dari Manchester City, Pep Guardiola Menyusul?

Txiki Begiristain Pamit dari Manchester City, Pep Guardiola Menyusul?

Txiki Begiristain dan Pep Guardiola saat mengangkat trofi liga Champions eropa musim 2022-2023 lalu--Twitter Fabrizio Romano @FabrizioRomano

HARIAN DISWAY - Direktur Olahraga Manchester City Txiki Begiristain pamit dari klub yang bermarkas di Manchester itu. Kepergiaan Txiki Begiristain pun dikaitkan dengan masa depan pelatih Man City, Pep Guardiola yang kemungkinan bisa saja menyusul.

Txiki Begiristain bisa disebut arsitek di balik kesuksesan Manchester City dan Barcelona FC. Ia mengakhiri masa pengabdiannya di Stadion Etihad di akhir musim 2023-2024.

Dengan segudang prestasi dan peran vitalnya dalam merekrut pemain-pemain bintang, kepergian Txiki Begiristain meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah sepak bola modern.

Txiki Begiristain menimba ilmu sepak bola di akademi Real Sociedad de Club S.A.D di Basque. Pada tahun 1982, saat usianya baru 18 tahun, ia sudah dipercaya mengisi posisi bek sayap kiri di tim utama.

Enam tahun kemudian, Barcelona FC mendatangkan talenta asal Basque ini dengan mahar Rp 23,99 miliar.

Pada 1 Juli 1995, ia ditransfer ke Deportivo La Coruna dengan mahar Rp 43,45 miliar.

Dua tahun kemudian, ia bermain untuk Urawa Red Diamonds hingga pensiun pada tahun 1999.

Pada 15 Juni 2003, Joan Laporta terpilih sebagai presiden Barcelona FC. Lalu ia menunjuk Txiki Begiristain sebagai Direktur Olahraga klub asal Catalan itu.

Di Barcelona, ia berhasil membantu kemajuan tim pada era Frank Rijkaard (2003-2008) dan berlanjut ke era Pep Guardiola (2008-2012).

Namun, Txiki Begiristain meninggalkan Barcelona pada 2010 dan bergabung dengan Manchester City pada musim 2012-2013.

BACA JUGA:Juventus dan Barcelona Ajukan Tawaran untuk Garnacho, MU Mau Lepas?

Txiki Begiristain bisa disebut sebagai salah satu arsitek era terbaik klub dalam sejarah.

Jika ada satu hal yang selalu dimiliki Txiki Begiristain saat masih aktif sebagai pemain, itu adalah naluri, ketajaman, dan kemampuan mengantisipasi permainan.

Kecerdasan inilah yang kemudian menjadi "tambang emas" baginya. Baik dalam karir sebagai pesepak bola maupun saat jadi pejabat manajerial di klub-klub besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: