Selamat Bekerja, Presiden Prabowo!

Selamat Bekerja, Presiden Prabowo!

ILUSTRASI Selamat bekerja, Presiden Prabowo!-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

MAJELIS Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) telah mengetok palu sebagai tanda dimulainya pemerintahan baru dari Presiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto. Selamat datang, Presiden Prabowo. Kini kursi kekuasaan ada di tangan Anda, dengan harapan-harapan yang digantungkan pada langit tak bertiang. 

Republik ini, dengan segala kerumitannya, menunggu. Tidak ada yang mudah dari jabatan tertinggi ini, seperti tidak ada yang sederhana dalam pertanyaan: ke mana arah bangsa ini akan dibawa?

Setidaknya, dalam pidato perdana sebagai presiden, Prabowo dengan lantang dan berapi-api menyampaikan pandangannya tentang arah kebijakan pemerintahannya, baik kebijakan dalam negeri maupun luar negeri. 

BACA JUGA:Khofifah Puji Pencapaian Jokowi dan Sambut Optimistis Pemerintahan Prabowo-Gibran

BACA JUGA:Prabowo Gunakan Mobil Nasional Maung Buatan Anak Negeri

Tepuk tangan riuh para hadirin pun membahana di ruang sidang. Itu pertanda mereka penuh harapan.

Banyak hal yang harus diselesaikan. Saya mencatat, seridaknya ada 10 masalah yang sudah berdiri di ambang pintu, menunggu jawaban segera.

Pertama, pengentasan kemiskinan. Di negeri yang kaya ini, kemiskinan tetap sebuah ironi. Angka resmi dari BPS menyebutkan, 9,57 persen rakyat Indonesia –lebih dari 26 juta orang– masih berada di bawah garis kemiskinan. 

Angka itu berbicara, tapi kemiskinan adalah cerita tentang wajah-wajah tanpa nama. Mereka yang terperangkap dalam nasib buruk, di mana kesempatan untuk keluar dari lingkaran setan kemiskinan tetap samar. 

BACA JUGA:Sebelum Terbang ke Solo, Jokowi Sampaikan Pesan untuk Presiden Prabowo

BACA JUGA:Selepas Pelantikan, Jokowi Sambut Prabowo di Istana Merdeka: Simbol Transisi Kepemimpinan RI

Solusi atas masalah itu bukan sekadar kebijakan administratif, melainkan sebuah upaya untuk mengatasi ketimpangan yang, pelan tapi pasti, telah menjadi lanskap yang terlalu akrab.

Kedua, pengangguran dan lapangan kerja. Mereka yang belum bekerja bukan sekadar statistik. Di balik angka 7,99 juta penganggur yang dirilis BPS, ada ketidakpastian yang menggelisahkan. 

Terutama di kalangan muda, yang kini terjebak di persimpangan: pendidikan yang tidak memadai dan lapangan kerja yang tak kunjung tersedia. Di mana ruang bagi mereka? Di sektor industri yang stagnan atau di wilayah teknologi yang belum merata? 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: