Tren F&B Series 2025 (1): Inovasi dan Adaptasi Menghadapi Era Baru

Tren F&B Series 2025 (1): Inovasi dan Adaptasi Menghadapi Era Baru

Ilustrasi makanan dan minuman di minimarket.--Unsplash

Konsep phygital, kombinasi antara interaksi fisik dan digital, akan menjadi tren utama dan pendekatan baru dalam bisnis F&B. Pelaku bisnis yang menggabungkan dua aspek itu mampu menciptakan pengalaman unik yang menghubungkan ruang digital dengan interaksi fisik. 

Pengalaman tersebut memungkinkan konsumen memesan secara daring, tetapi tetap mendapatkan elemen fisik yang unik seperti mengambil makanan di restoran tanpa antre panjang atau menggunakan kios digital di lokasi fisik untuk pemesanan. 

Salah satu contoh penerapan phygital adalah penggunaan aplikasi mobile untuk melakukan pemesanan makanan di restoran, di mana pelanggan dapat memesan melalui aplikasi dan mengambil makanan mereka di gerai fisik tanpa harus mengantre. 

Konsep ”drive-thru digital” yang memungkinkan konsumen memesan melalui aplikasi, kemudian mengambil pesanan mereka dengan mudah menjadi makin populer.

Model phygital juga mempercepat tren ghost kitchen atau dapur virtual, di mana bisnis F&B hanya beroperasi secara daring tanpa memiliki tempat makan fisik. Menurut laporan Euromonitor, industri ghost kitchen diperkirakan akan tumbuh hingga USD 1 triliun pada tahun 2030. 

Di Indonesia, berbagai platform pengantaran makanan sudah mulai bermitra dengan ghost kitchen untuk memperluas jangkauan pasar tanpa menambah biaya operasional yang signifikan. 

Pemain lokal dan internasional mulai mengeksplorasi konsep itu untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi distribusi.

PENINGKATAN FOKUS PADA KEBERLANJUTAN DAN ZERO-WASTE

Keberlanjutan menjadi makin penting bagi konsumen yang sadar lingkungan. Tren itu akan terus memengaruhi strategi bisnis F&B pada tahun 2025. Konsep zero-waste, yang bertujuan mengurangi limbah melalui pengelolaan bahan makanan yang efisien, akan menjadi aspek penting dalam operasional bisnis. 

Pelaku bisnis mulai menerapkan praktik zero-waste, seperti memanfaatkan bahan makanan secara keseluruhan, mengelola limbah dengan kompos, san menggunakan kemasan yang dapat terurai. 

Restoran dan kafe akan makin mengadopsi praktik-praktik seperti pemanfaatan bahan makanan secara menyeluruh, komposting sisa makanan, serta kemasan biodegradable

Tuntutan untuk mengurangi jejak karbon dan mempromosikan ekonomi sirkular makin tinggi, didorong oleh regulasi pemerintah dan tekanan konsumen yang makin sadar lingkungan.

Pemerintah juga mulai mendorong industri F&B untuk lebih bertanggung jawab secara lingkungan. Misalnya, kebijakan pemerintah yang melarang penggunaan plastik sekali pakai di beberapa daerah di Indonesia turut mempercepat adopsi alternatif kemasan ramah lingkungan. 

Dampaknya, bisnis F&B perlu berinovasi dalam hal kemasan dan operasional untuk tetap relevan. Di Indonesia, beberapa restoran telah mengadopsi pendekatan zero-waste dengan membuat menu dari bahan lokal dan meminimalkan penggunaan plastik sekali pakai. 

Misalnya, upaya untuk memanfaatkan bagian-bagian bahan makanan yang sering diabaikan seperti daun, batang, atau kulit sayuran untuk menu makanan baru dapat mengurangi limbah dan mendukung petani lokal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: