5 Jenis Wayang Indonesia, Tradisi dengan Nilai Filosofis Tinggi

5 Jenis Wayang Indonesia, Tradisi dengan Nilai Filosofis Tinggi

Pengunjung mengamati Wayang Beber Jagong Pasar Katumenggunangan di pameran wayang, Pekan Wayang Jawa Timur (PWJ), UPT. Taman Budaya. (Rabu 6_11_2024)-Angelita Ariko Pinkan-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Indonesia memiliki berbagai jenis wayang dengan keunikannya masing-masing. Tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana penyampaian pesan budaya dan spiritual. 

Secara umum, wayang dibagi menjadi beberapa jenis, dengan wayang kulit menjadi salah satu yang paling terkenal.

Wayang kulit memiliki variasi gaya atau "gagrak" yang berkembang di berbagai daerah. Misalnya, gagrak Yogyakarta yang ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar dan warna tradisional yang kental.

Sementara gagrak Solo memiliki proporsi ramping dengan tata sungging beragam warna. Sebaliknya, wayang Banyumasan dari Jawa Tengah, mengusung nuansa kerakyatan yang kuat. Baik dalam bentuk maupun alur ceritanya.

Dan masih banyak wayang di Indonesia yang bisa dieksplor. Apa saja wayang yang masih eksis di Indonesia? Berikut lima jenis wayang yang berkembang di Nusantara:

BACA JUGA:Hari Wayang Nasional 7 November, Mari Simak Ulang Filosofi dan Sejarah Wayang

BACA JUGA:8 Ucapan Untuk Meriahkan Hari Wayang Nasional 7 November 2024

Wayang Kulit


Wayang kulit--Geocities

Wayang Kulit adalah salah satu bentuk wayang paling dikenal. Khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Terbuat dari kulit kerbau yang dipahat dengan sangat detail, wayang itu dimainkan dengan bayangan di balik kelir (layar tipis) yang diterangi lampu minyak atau listrik.

Kisah yang disampaikan berasal dari epos Mahabharata dan Ramayana. Dengan tokoh-tokoh seperti Arjuna, Kresna, hingga Durna yang penuh filosofi dan pelajaran moral.

Dalang, atau pencerita utama, memainkan peran penting. Ia tidak hanya menggerakkan wayang, tetapi juga menghidupkan karakter, musik, serta emosi dari cerita yang dibawakan.

Di setiap pementasan, wayang kulit menyoroti konflik antara kebaikan dan kejahatan. Membawa pesan moral dan refleksi tentang kehidupan. Pada 2003, UNESCO menetapkan wayang kulit sebagai Warisan Budaya Tak Benda karena nilai-nilai universal yang dibawanya.

Wayang Golek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: