Munio Stikosa AWS, Pahlawan dan Kepahlawanan Zaman Kini

Munio Stikosa AWS, Pahlawan dan Kepahlawanan Zaman Kini

Athok Murthadlo dosen STIKOSA AWS, Gagas Gayuh Aji sebagai dosen Unair, dan Hari Widodo sebagai mahasiswa STIKOSA AWS saat talk show di acara Munio! Be HERO yang dilaksanakan di lapangan Stikosa-AWS-Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kembali menyelenggarakan diskusi publik berjudul Munio, Stikosa AWS membawa tema yang relevan dengan Bulan Pahlawan. Be Hero: Semua adalah Pahlawan. Pada Tempatnya, Pada Masanya adalah tema yang dibawakan pada 8 November 2024.

Di lapangan kampus ilmu komunikasi pertama di Indonesia Timur itu, isu-isu yang ramai dikulik bersama. Sebelum memasuki diskusi, ada intermezzo yang dilakukan oleh MC Athok Murthadlo dan Hari Widodo. Mereka berdua membahas bagaimana fenomena yang ramai di internet: Pilkada Core.

Kedua MC itu membahas bagaimana kejadian-kejadian unik yang terarsip di media sosial ketika terjadi debat pilkada. Salah satu hal yang disorot adalah ungkapan salah satu calon kepala daerah tentang beras menjadi nasi. Setelah berbincang dan menertawakan betapa lucunya hal itu, mereka mengundang Dosen Unair Gagas Gayuh Aji.

Tanpa basa-basi Gagas langsung menyoroti betapa lucunya tingkah laku komunikasi dari berbagai calon kepala daerah di Jawa Timur. "Menurut saya hal yang perlu disoroti itu bukan bagaimana pilkadanya tetapi cara berkomunikasi dari sang calon kepala daerah," begitu ucapnya.

BACA JUGA:Merayakan Dies Natalis ke-60, Stikosa AWS Gelar Diskusi Publik Munio

BACA JUGA:Kampus Stikosa AWS Bergerak! Ini Isi Petisi untuk Pemilu dan Pilpres 2024


Gagas Gayuh Aji di Munio mengatakan bahwa komunikasi harus HOT (Honnest and Two Ways)-Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY

Gagas mengatakan konten-konten Pilkada Core merupakan cara menikmati politik di masa sekarang. Dulu, politik dilihat sebagai sesuatu yang serius, tetapi kini politik bisa dinikmati dari sisi lain. Misalnya mengangkat kelucuan para politikus seperti di Pilkada Core.

"Hal ini sebetulnya bisa dua mata pisau sih mas, karena orang bisa semakin cari tahu karena penasaran atau malah makin kesal dengan kelakuan calon kepala daerah, akhirnya males untuk memilih," ucap Hari Widodo. Pernyataan itu sontak membuat mereka bertiga tergelak.

Menanggapi hal itu, Gagas mengatakan yang paling penting untuk para Calon Kepala Daerah Jawa Timur saat ini adalah cara mereka berkomunikasi. Komunikasi itu harus HOT. Honnest and Two Ways. Sehingga ketika sampai di media sosial mereka bisa tepat sasaran dalam menyampaikan aspirasi yang akan ditanggapi netizen.

Blunder-blunder saat debat pilkada seharusnya bisa dianulir dan diantisipasi agar tidak memperburuh citra yang sedang dibangun. Agar masyarakat bisa memahami tentang esensi visi misi tiap pasangan calon kepala daerah. BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) Jokhanan Kristiyono: Yu Shi Tui Yi

BACA JUGA:Set-jetting jadi Tren Wisata 2024, Ini Penjelasan Pakar Komunikasi Stikosa AWS

Setelah sesi Intermezzo dan hiburan, barulah diskusi perihal menjadi pahlawan dibuka. MC mengundang dua narasumber yang kompeten di bidangnya.

Yang pertama ada Founder Ecoton Indonesia Prigi Arisanti dan Dokter RS Kristen Mojowarno dr Yoga. "Kita bisa menjadi pahlawan dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan mengurangi konsumsi minuman berkemasan plastik," ujarnya setelah dipersilakan oleh MC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: