Konflik Cinta di Jalan Ngaglik, Surabaya
ILUSTRASI konflik cinta di Jalan Ngaglik, Surabaya.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Dasar teori Freud itu adalah teori kepribadian yang ia cetuskan pada 1923. Sudah 101 tahun, tapi masih relevan, juga jadi kajian dalam ilmu psikologi modern. Teori tersebut punya tiga elemen: Id, superego, dan ego. Tiga elemen itu dimiliki semua manusia sepanjang hidup mereka. Ada di dalam diri setiap individu.
Diurai: Id adalah kebutuhan dasar semua manusia, yang wajib dan dipaksakan oleh manusianya agar terpenuhi. Kebutuhan dasar: Makan, minum, berhubungan seks, eksistensi atau pengakuan dari orang lain bahwa individu itu ada atau eksis, rekreasi, dan lain-lain.
Superego adalah nilai moral dan hukum di masyarakat yang diadopsi setiap individu dan tersimpan dalam pikiran individu.
Terakhir, ego adalah sikap yang diwujudkan dalam perilaku individu. Ego adalah perilaku individu hasil kompromi antara id dan superego. Sebab, antara id dan superego sangat sering bertentangan.
Ilustrasi: Id berbunyi: ”Saya ingin melakukan itu sekarang.” Ternyata, keinginan itu tidak bermoral. Tanggapannya, superego berbunyi: ”Tidak benar melakukan itu sekarang.”
Alhasil, ego berbunyi: ”Mungkin kita bisa berkompromi.” Dan, bentuk komprominya dirumuskan sendiri oleh individu masing-masing sesuai dengan kapasitas berpikir individu masing-masing.
Tugas ego atau diri individu adalah menyeimbangkan dorongan agresif/mencari kesenangan dari id berbanding dengan kendali moralitas masyarakat yang tertanam di superego.
Id berada di alam bawah sadar setiap individu, yang tidak disadari, mengandung dorongan atau desakan paling primitif manusia dan sudah ada sejak lahir. Id mengarahkan impuls di otak untuk lapar, haus, dan berhubungan seks.
Freud menyatakan, id beroperasi berdasarkan apa ia sebut ”prinsip kesenangan”. Yakni, id mencari kepuasan segera, secepatnya. Terus, melalui interaksi sosial dengan orang tua dan orang lain di lingkungan anak, ego dan superego berkembang untuk membantu mengendalikan id. Supaya manusia tidak liar.
Superego berkembang saat seorang anak berinteraksi dengan orang lain, mempelajari aturan sosial tentang benar dan salah. Superego bertindak sebagai hati nurani kita. Ia adalah kompas moral kita yang memberi tahu kita, tentang bagaimana kita harus berperilaku.
Ia berjuang untuk kesempurnaan dan menilai perilaku kita, yang mengarah pada perasaan bangga jika tercapai idealisme. Atau, perasaan bersalah ketika kita gagal bertindak sesuai moral masyarakat.
Intinya, id dorongan naluriah. Superego berbasis aturan. Ego adalah bagian rasional dari kepribadian kita.
Itulah yang dianggap Freud sebagai diri, dan itu adalah bagian dari kepribadian kita yang dilihat oleh orang lain. Tugasnya adalah menyeimbangkan tuntutan id dan superego dalam konteks realitas. Jadi, ego beroperasi berdasar apa yang disebut Freud sebagai ”prinsip realitas”. Ego membantu id memuaskan keinginannya dengan cara yang realistis dan bermoral.
Konflik pasangan asmara terjadi akibat satu dari dua orang pasangan itu, atau keduanya, gagal membuat seimbang antara id dan superego. Pun, konflik antara dua orang terjadi di semua usia, semua golongan. Bersifat universal. Pada orang semua usia.
Jadi, dugaan konflik antara L dan AN, berdasar teori Freud, adalah manusiawi. Wajar terjadi. Tapi, apakah konflik itu membikin AN membunuh L? Kini polisi masih menyelidiki. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: