Konflik Cinta di Jalan Ngaglik, Surabaya

Konflik Cinta di Jalan Ngaglik, Surabaya

ILUSTRASI konflik cinta di Jalan Ngaglik, Surabaya.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Pembunuhan Angelina, Mengapa Cinta Terlarang Bisa Terjadi?

BACA JUGA:Iktikaf Bersama, Puasa, dan Cinta Rasul

Dulu rumah tersebut ditinggali L bersama suami dan dua anak mereka. Kemudian, anak-anak L menikah dan tidak lagi tinggal di sana, lantas suami L meninggal. Terakhir, L tinggal di sana bersama seorang ART perempuan. 

Jamil: ”Terakhir saya melihat ibu L pada Minggu, 17 November 2024, sekitar pukul 15.00 WIB pergi meninggalkan kompleks perumahan ini naik mobil Honda Brio. Ibu L orangnya ramah dan baik. Saat pergi, seperti biasanya, dia menyapa saya. Tapi, saya tak tahu dia pergi ke mana.”

Jarak antara rumah tersebut dan lokasi kematian L di rumah AN di Jalan Ngaglik II nomor 5-7 sekitar 8 kilometer. Jika ditempuh mobil lewat Jalan Kenjeran, waktu tempuh sekitar 20 menit dalam kondisi lalu lintas tidak macet pada jam tersebut hari itu.  

BACA JUGA:Cinta Maut di Tangerang dan Karakter Hewani

BACA JUGA:Cinta Segitiga di Kulon Progo Berakhir Maut

Seandainya tidak mampir ke tempat lain, L tiba di rumah AN sekitar pukul 15.30 WIB. Sedangkan, waktu kematian L diperkirakan beberapa menit sebelum AN menelepon Command Center 112 (info kedaruratan) bahwa L berdarah-darah, pukul 20.45 WIB. 

Berarti, konflik L dan AN di TKP (berdasar keterangan polisi) terjadi di antara waktu tersebut. Apa topik konflik? Polisi belum mengumumkan.

Tapi, mengapa pasangan asmara seumur mereka masih bisa konflik? Bukankah usia mereka sudah sangat matang sehingga mampu menguasai ego masing-masing?

BACA JUGA:Mencegah Konflik, Mengembangkan Moderasi Beragama

BACA JUGA:Suami Bacok Anak-Istri di Depok dalam Teori Konflik

Bapak ilmu psikologi dunia, Sigmund Freud (1856–1939), dalam teorinya, Psychoanalytic Theory of Personality (1923), menyebutkan bahwa pasangan asmara usia muda sangat berpotensi konflik. 

Penyebab konflik adalah dua orang dengan dua agenda pribadi yang berbeda diharuskan oleh asmara untuk menyatu. Maka, pasangan usia muda umumnya mempertahankan egoisme masing-masing. Terjadilah konflik.

Pasangan asmara usia setengah baya (seusia L dan AN), menurut Freud, tetap saja bisa konflik. Bahkan, seseorang bisa konflik dengan dirinya sendiri. Sebab, individu bisa punya beberapa agenda atau kepentingan. Jika agenda-agenda itu saling bertentangan, terjadilah konflik (pada diri sendiri). Bentuknya keraguan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: