Riset USU Perkuat Bukti Ilmiah bahwa BPA Tidak Terdeteksi pada Air Minum Kemasan Galon

Dalam hasil riset tim peneliti USU yang telah dirilis itu menunjukkan bahwa BPA tidak terdeteksi pada semua sampel yang diuji, termasuk yang terpapar sinar matahari. --iStockphoto
Lalu dua sampel merek lokal yaitu Amoz dan Himudo. Masing-masing merek diambil tiga sampel dari titik distribusi yang berbeda. Sampel diambil pada tiga (3) kondisi penyimpanan, yaitu kondisi normal atau tidak terpapar matahari langsung, serta kondisi dengan paparan sinar matahari langsung selama 5 dan 10 hari.
“Pengujian kami lakukan secara triplo atau dilakukan dengan menggunakan tiga sampel atau pengujian tiga kali. Sangat penting dilakukan pengujian secara triplo pada sampel pangan agar data pertama dapat dibandingkan dengan data kedua atau ketiga, sehingga hasil akhir yang diperoleh menjadi lebih akurat,” kata Prof. Juliati.
BACA JUGA: Bikin Heran! Konsumsi Air Galon Ternyata Turut Menggerus Pendapatan Kelas Menengah Indonesia
Sampel diuji menggunakan alat ukur High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) yang merupakan instrumen yang sangat canggih untuk mendeteksi kandungan BPA dalam air hingga level mikrogram per liter (µg/L).
Sederet Penelitian telah Buktikan BPA Tidak Terdeteksi dalam Air Galon
Pada 2024, Kelompok Studi Polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB) telah melakukan penelitian independen mengenai keamanan dan kualitas air minum dalam kemasan (AMDK) pada empat merek air minum galon terpopuler berbahan polikarbonat di Provinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada luruhan BPA yang terdeteksi pada semua sampel air minum galon yang diuji. Sementara itu, terdapat dua penelitian senada yang dilakukan di Makassar, Sulawesi Selatan.
BACA JUGA: Gampang Banget! Inilah Cara Membedakan Galon AQUA Asli dan Palsu
Penelitian pertama dilakukan oleh Endah Dwijayanti, S.Si., M.Sc., Ketua Program Studi Studi Kimia Universitas Islam Makassar, yang berjudul Analisis Bisphenol-A dan Di-ethylhexyl Phthalates dalam Air Galon Yang Beredar di Kota Makassar.
Penelitian ini diterbitkan dalam Food Scientia, Journal of Food Science and Technology, Universitas Terbuka pada Juni 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel air minum yang diuji bebas dari zat berbahaya dan tidak terdeteksi adanya senyawa BPA.
Penelitian kedua dilakukan oleh Ir. Gusnawati, S.T., M.T., Dosen Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) dengan judul Analisis Migrasi Cemaran Bisphenol-A (BPA) Kemasan Plastik Polikarbonat (PC) pada Produk Air Minum dalam Kemasan Galon di Wilayah Kota Makassar.
Tim Peneliti Universitas Sumatera Utara menegaskan bahwa di dalam semua sampel air galon polikarbonat yang diteliti, baik yang terpapar ataupun tidak terpapar sinar matahari, tidak terdeteksi adanya luruhan atau migrasi BPA. --iStockphoto
BACA JUGA: Mulai Beroperasi Juni 2024, Instalasi Pengolahan Air Sepaku Jadi Pemasok Air Minum di IKN
Penelitian ini dipublikasikan di Jambura, Journal of Chemistry, Universitas Negeri Gorontalo pada 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan BPA pada galon polikarbonat dengan kode No.7 yang disimpan di dalam maupun di luar ruangan selama 7 hari.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia tersebut telah menyatakan, tidak terdeteksi adanya luruhan BPA pada air minum dalam kemasan galon polikarbonat. Dengan demikian, air minum dalam kemasan galon terbukti aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan.
Untuk diketahui Prof. Juliati adalah Guru Besar Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Sumatera Utara (USU). Ia adalah seorang profesor dan dosen di bidang Kimia Organik di Universitas Sumatera Utara (USU).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: billboard