Teori Denny JA soal Agama dan Spiritualitas di Era AI Mulai Diajarkan di Kampus

Teori Denny JA ini mulai diajarkan di kampus negeri ataupun swasta, sebagai mata kuliah mandiri, ataupun bagian dari mata kuliah yang sudah ada. --
“Natal, misalnya, kini dirayakan tidak hanya oleh umat Kristiani, tetapi juga sebagai festival budaya di berbagai belahan dunia. Yoga, yang berasal dari tradisi Hindu, kini menjadi bagian dari gaya hidup global,” jelas Anick.
BACA JUGA: Denny JA Hibahkan Dana Abadi Penghargaan Tahunan untuk Penulis
Dalam konteks ini, AI berperan sebagai alat yang memungkinkan eksplorasi lintas budaya dan refleksi yang lebih luas terhadap nilai-nilai agama. Namun, tantangannya adalah bagaimana memastikan bahwa keterbukaan ini tetap mempertahankan makna dan esensi dari pengalaman beragama.
Denny JA berpendapat bahwa agama akan tetap menjadi bagian dari kehidupan manusia, tetapi bentuk interaksinya dengan manusia akan semakin dipengaruhi oleh teknologi.
Pemuka agama yang mampu memanfaatkan AI untuk mendukung pemahaman agama yang lebih luas dan mendalam akan lebih relevan di masa depan. Namun, ada dua tantangan utama yang harus dihadapi:
- Bagaimana AI dapat digunakan secara bertanggung jawab dalam konteks keagamaan?
- Bagaimana memastikan bahwa keterbukaan informasi tidak berujung pada disinformasi atau penyederhanaan pemahaman agama?
Teknologi, dalam bentuk apa pun, selalu membawa perubahan. Namun, pada akhirnya, nilai dan makna tetap bergantung pada bagaimana manusia menggunakannya.
Teori Denny JA melengkapi sosiologi agama dengan menghadirkan perspektif tentang bagaimana agama berkembang di era AI. Teknologi membuka ruang eksplorasi baru, tetapi pemaknaan tetap ada pada manusia yang menggunakannya.
BACA JUGA: Denny JA Pastikan Seni Terus Hidup di Masa Depan dengan Tiga Kontribusinya Ini
“AI mengubah posisi otoritas agama, tetapi tidak menggantikan esensi pengalaman spiritual. Agama tetap akan bertahan, beradaptasi dengan perubahan zaman, dan menemukan cara baru untuk memberikan makna bagi kehidupan manusia,” tutup Anick. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: