Kendaraan Listrik Modular Inovasi Tel-U Surabaya, Dukung UMKM Kampoeng Oase Songo
Penyerahan kendaraan listrik modular dari Tim PKM Tel-U Surabaya kepada Kampoeng Oase Songo, mendukung efisiensi UMKM lokal.-Aflakhul Muzakka-Mahasiswa MSIB untuk HARIAN DISWAY
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Demi mendukung keberlanjutan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kampoeng Oase Songo Surabaya, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Telkom (Tel-U) Surabaya merancang kendaraan modular ramah lingkungan berbahan bakar listrik.
Kendaraan itu secara resmi diserahkan pada warga kampung dalam acara yang berlangsung di halaman SMK Pelayaran Bhakti Samudera, Simohilir, Surabaya.
Acara itu juga menjadi momen untuk menguji kinerja kendaraan tersebut. Kampoeng Oase Songo terpilih dalam pengabdian masyarakat Tel-U karena kampung itu dikenal dengan program lingkungan yang mendukung ketahanan pangan.
Kampung itu memanfaatkan limbah organik untuk budidaya maggot dan mengembangkan Budidaya Ikan dalam Ember (Budikdamber) dengan ikan lele. Hasil panen dari program itu kemudian diolah menjadi produk unggulan UMKM setempat.
Becak listrik ramah lingkungan, solusi transportasi masa depan untuk kampung berkelanjutan.-Aflakhul Muzakka-Mahasiswa MSIB untuk HARIAN DISWAY
Tim PKM Tel-U Surabaya, yang beranggotakan tiga dosen dan 13 mahasiswa, menciptakan kendaraan modular multifungsi dengan tenaga listrik yang ramah lingkungan.
Ketua Tim PKM Susijanto Tri Rasmana menjelaskan bahwa program itu didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat.
BACA JUGA:Budikdamber Dukungan UWKS dan Masyarakat Ini Hantar Kampoeng Oase Songo Panen Lele
BACA JUGA:DLH Bontang Belajar Zero Waste di Kampoeng Oase Songo Surabaya
"Becak listrik ini didesain sesuai kebutuhan warga Kampoeng Oase. Dengan bentuk modular, kendaraan ini dapat digunakan untuk mengangkut penumpang, barang, maupun untuk berjualan," ungkap Susijanto.
Ia menambahkan bahwa becak listrik itu menggunakan tenaga listrik. Sehingga ramah lingkungan dan lebih hemat biaya dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil.
Susijanto juga menyebutkan beberapa aspek yang masih perlu disempurnakan. Seperti sistem rem dan pedal. Namun, ia optimis bahwa ke depan, kendaraan itu akan menjadi ikon Kampoeng Oase.
Rifki Dwi Putranto, anggota tim pengembang, menambahkan bahwa pembuatan kendaraan itu memakan waktu empat bulan dan memiliki tiga mode operasi: speed, normal, dan hemat daya (Eco).
Dengan daya tempuh 30-38 km, kendaraan itu dapat diisi ulang dalam waktu lima jam menggunakan daya listrik rumah tangga biasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: liputan