Pilkada Serentak 2024, Lima Menit untuk Lima Tahun
ILUSTRASI Pilkada Serentak 2024, Lima Menit untuk Lima Tahun.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Lima Menit untuk Lima Tahun, lagu ”pemilu ” yang pernah dinyanyikan grup band Cokelat, masih relevan untuk menggugah kesadaran politik masyarakat pemilih. Pilihan politik masyarakat yang diwujudkan dalam suatu bilik suara kurang lebih lima menit akan berdampak serius terhadap nasib pemilih sendiri dan bangsa ini lima tahun ke depan.
Masyarakat pemilih harus sadar bahwa money politics dalam bentuk apa pun adalah racun bagi dirinya dan bangsa ini. Kandidat yang mengandalkan politik uang jika terpilih akan berperilaku lebih ganas bak predator yang bisa mengisap uang rakyat lebih banyak.
Jika sudah menjadi pejabat, dalam pikirannya, akan muncul bagaimana uang raturan miliar rupiah yang telah dikeluarkan bisa balik, bahkan kalau perlu bisa lebih. Kandidat model itu akan ”menghalalkan segala cara” dalam meraih keuntungan politik dan ekonomi ketika sudah duduk menjadi pejabat. Karena itu, ambil uangnya, jangan pilih orangnya.
Pemilu yang diwarnai dengan politik uang yang begitu vulgar dan tanpa dosa ini bukannya akan memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat, melainkan justru sangat membodohi masyarakat dan menghancurkan sendi-sendi demokrasi.
Kandidat atau tim sukses/pemenangan yang mengandalkan uang dan kuasa politik dalam meraih kursi kekuasaanya sudah dipastikan akan menjadi rezim korup jika berkuasa atau memegang kekuasaan. Bahkan, perilaku korupnya dipastikan akan lebih korup jika dibandingkan dengan saat kampanye.
Masyarakat pemilih harus jeli dan cermat melihat dan memahami visi, misi, dan program apa yang akan direalisaikan jika paslon terpilih nanti.
Dengan kata lain, pilihan rasional masyarakat harus didasarkan pada keunggulan kapasitas, kredibilitas, integritas kandidat, dan lihat rekam jejaknya, bukan pada aspek popularitas semata yang kadang semu, apalagi didasarkan pada hasil survei yang kadang juga sarat muatan kepentingan politik tertentu (baca: survei pesanan politik).
Sikap golput bukanlah sikap yang bijak dan tidak akan memberikan manfaat apa pun bagi upaya perbaikan negeri ini, tetapi justru memberikan panggung politik gratis bagi para politikus yang bermasalah atau tidak kompeten.
Tanggal 27 November 2024 adalah waktu paling tepat bagi masyarakat, khususnya para pemilih, untuk memberikan hukuman politik kepada para politikus bermasalah.
Para paslon petahana yang selama ini banyak bermasalah dan menjadi sumber masalah dalam menjalankan amanah rakyat, politikus yang mengacak-acak hukum dan konstitusi, sangat tidak layak untuk dipilih.
Mereka tidak hanya akan menjadi beban rakyat, tetapi juga beban negara. Mari kita jaga bersama integritas dan marwah pilkada serentak 2024 agar lebih bermartabat, tidak memilukan dan memalukan. Salah pilih akan sulit pulih. (*)
*) Umar Sholahudin adalah Wakil dekan bidang akademik dan dosen sosiologi politik Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: