Pilkada Serentak 2024, Lima Menit untuk Lima Tahun

Pilkada Serentak 2024, Lima Menit untuk Lima Tahun

ILUSTRASI Pilkada Serentak 2024, Lima Menit untuk Lima Tahun.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Buta terburuk adalah buta politik. Orang yang buta politik tidak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah,harga obat, semuanya bergantung keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar, ’Aku Benci Politik’!. Sungguh bodoh dia yang tak mengetahui bahwa karena dia tidak mau tahu politik, akibatnya pelacuran, anak telantar, perampokan dan yang terburuk , korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negeri.”

(Bertolt Brecht, penyair dan filsuf asal Jerman).

KALIMAT Brecht di atas makin menyadarkan kepada kita semua, masyarakat pemilih, bahwa betapa pentingnya politik dalam kehidupan kita. Tak ada sejengkal aspek kehidupan kita yang tak terkait dengan politik. Politik adalah bagaimana kita mengatur dan mengendalikan semua dimensi kehidupan masyarakat melalui kebijakan politik. 

Masalah kesejahteraan atau ketimpangan sosial-ekonomi dan sebagainya yang terjadi di tengah masayrakat, itu semua karena intervensi kebijakan politik. Politik adalah urusan hajat hidup orang banyak.

BACA JUGA:Daftar Pemenang Sementara Pilkada Serentak 2024 se-Jatim!

BACA JUGA:27 November 2024 Pilkada Serentak, Jadi Hari Libur Nasional?

Karena itu, melek politik dan literasi politik yang baik adalah sebuah keniscayaan politik. Melek politik tidak harus terjun ke politik praktis. Setidaknya masyarakat dapat merespons kondisi riil sosial-ekonomi masayrakat saat ini. 

Mereka yang apolitik tidak sadar bahwa persoalan kenaikan harga sembako, masalah korupsi, transportasi umum, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya terkait dengan intervensi kebijakan politik. 

Karena itu, ahistoris jika ada orang yang tidak mau tahu dengan urusan politik atau bersikap apatis terhadap politik atau mereka yang tidak mau menggunakan hak politiknya alias golput. 

BACA JUGA:Pilkada Serentak dan Pemberantasan Korupsi

BACA JUGA:Kotak Kosong di Pilkada Serentak 2024

Dalam konteks politik, setidaknya ada tiga pilihan bagi masyarakat pemilih, apakah Anda mau menjadi korban politik, komoditas politik, atau aktor politik. 

Pertama, korban politik. Mereka tidak mau tahu dengan urusan politik (apolitik), bahkan yang lebih ekstrem lagi dan sangat idiologis: mengharamkam demokrasi dan pemilu karena menganggap sebagai produk Barat. 

Karena tak mau peduli dengan politik, bahkan buta politik, akhirnya mereka jadi korban politik. Contohnya adalah saudara kita di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kelompok itu sejak awal menolak demokrasi dan pemilu, dan akhirnya menjadi korban politik (kebijkakan) dan berujung pada pembubaran. 

BACA JUGA:Bahlil Cek Putusan MK: Langkah Strategis Golkar untuk Pilkada Serentak 2024

BACA JUGA:PPP Jatim Panaskan Mesin Jelang Pilkada Serentak 2024, Incar Kursi Bupati di Madura, Jombang, dan Tapal Kuda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: