Ramadan Kareem 2025 (14): Momentum Bertahannuts

Ramadan memang saatnya bertahanuts, menjemput Nuzulul Qur'an. Barakallah. --iStockphoto
Pembunuhan dan penguburan bayi-bayi perempuan serta merendahkan derajat wanita merupakan “cawan kebelumterdidikan” yang melebihi batas-batas kehayatan. Kultur yang mentradisi ini hanya mampu “disemat” kaum yang berperadaban barbar tanpa petunjuk walau betapa majunya perekonomian dan perdagangan.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (10): Ramadan dan Daun Sang Mahacinta
Makkah sangat kaya dengan devisa dari hasil lintasan para kafila dagang dan ramainya ekspor-impor pada lingkup transaksi internasional. Pengusaha dan konglomerasi bertengger menjulangkan Makkah sebagai pusat perdagangan kawasan regionalnya tanpa mampu ditandingi yang lainnya.
Keberadaan Ka’bah (Baitullah) maupun sumur zam-zam yang sejak semula merupakan tetenger supremasi teologis, justru digunakan sebagai arena “festival patung” sekaligus “kawasan ekonomi khusus” Bangsawan Quraisy yang jahil.
Sampai tataran “era jahiliyah” ini niscaya “kejahiliaan itu” membutuhkan “pencerah zaman”. Kondisi ini sangat perih dirasakan dalam kerangka misi penciptaan manusia yang telah lama mendapatkan bimbingan hidup melalui kehadiran para nabi dan rasul.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (9): Menghindari Talbis Iblis
Moralitas dan akhlak menurut ukuran “nalar iman yang sehat” telah runtuh serta manusia berada pada derajat yang dzalim. Kekelaman adab ini harus diatasi agar manusia memiliki peradaban.
Atas itulah Nabi Muhammad Saw menunjukkan kualitasnya sebagai manusia agung yang bertanggung jawab dengan melakukan tahannuts, bertapa, menyatukan diri dengan gumparan semesta.
Setiap gerak galaksi dan keluasan cakrawala alam ditafakuri dari “ruang kuliah” Gua Hira demi memperbaiki tabiat yang memartabatkan manusia.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (8): Sepekan Keindahan
Tepat 17 Ramadan saat Nabi Muhammad Saw dalam hitungan Hijriyah berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari, wahyu diterima melalui Malaikat Jibril yang kini termuat dalam Al-Qur'an, Surat Al-Alaq, ayat 1-5: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Renungkanlah ayat-ayat Illahi ini dengan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Permenungan paripurna atas galaunya batin Muhammad SAW benar-benar dijawab Allah SWT dengan menghadirkan ayat-ayat-Nya tersebut.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (7): Revolusi Ramadan
Perintah “Bacalah” (iqra’) amatlah spektakuler melalui seruan “dengan menyebut nama Tuhanmu”. Sebuah konstruksi pencerahan yang sangat sistematis dengan struktur yang runtut dari ayat 1-5 QS. Al-Alaq dimaksud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: