Menengok Habitat Bertelur Penyu di Muara Mbaduk, Terancam Sampah dan Rumpon

Menengok Habitat Bertelur Penyu di Muara Mbaduk, Terancam Sampah dan Rumpon

Tim Muara Betiri Service Camp mengamati titik tempat penyu bertelur. Terlihat berbagai nyala rumpon di tengah laut, penghambat kedatangan penyu.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Setelah sampai di lokasi tempat penyu bertelur, para peserta diarahkan untuk duduk di belakang. Di arah yang jauh dari titik-titik yang biasa digunakan penyu untuk bertelur. Saat itu, semua penerangan dimatikan.

Di langit, sabit berselimut awan di tengah tubuhnya. Hanya itu penerangan yang disediakan alam. Sinarnya membias, menembus pagar rumpon dengan nyala neon itu. 

"Kami sudah berusaha agar rumpon-rumpon itu dikurangi, karena mengganggu konservasi penyu. Berbagai upaya telah dilakukan, tapi tak digubris," ujar Eko Narijanto, pemateri Pengembangan Konservasi Ecowisata Penyu dari Taman Nasional Meru Betiri .

BACA JUGA:Prabowo dan Raja Charles III Bicarakan Kerjasama Pelestarian Lingkungan

Pemerintah setempat juga telah disurati. Tapi tak ada tindakan tegas untuk melindungi satwa yang terancam punah itu. Ekosistemnya semakin sempit. Penyu-penyu itu mau tak mau memilih tempat lain untuk bertelur. Bukan di Muara Mbaduk atau Rajegwesi.

Tempat yang sepi, sunyi, minim cahaya dan tak bising. Sebenarnya cocok digunakan penyu untuk bertelur. Meski begitu, malam itu tak ada seekor pun yang datang. Eko menyebut bahwa sudah sangat jarang penyu datang untuk bertelur. Kalau pun ada, cuma 1-2 ekor saja dalam satu bulan. 

Apalagi rumpon-rumpon itu hanya berjarak 500 meter dari bibir pantai. "Karena sorot lampunya membelakangi vegetasi pantai, jadi masih ada 1-2 penyu yang datang. Tapi jumlah itu sudah sangat menurun. Jauh dibanding sebelum ada rumpon tersebut," katanya. 

BACA JUGA:Dude Cowling dan Keputusannya Membuang Gawai Demi Kesehatan Mental dan Lingkungan

Penyu yang biasa datang untuk bertelur ke Muara Mbaduk adalah jenis penyu hijau dan penyu lengkang. Sekali bertelur, bisa 100-200 butir. Sedangkan spesies yang langka adalah penyu belimbing. Yakni penyu berukuran besar. Bentang kanan-kiri tubuhnya bisa mencapai 2 meter. Penyu belimbing sangat jarang datang untuk bertelur.

Biasanya, penyu-penyu itu menggali pasir sampai kedalaman 50 cm hingga 1 m. Setelah lubang siap, barulah mereka bertelur. Jika sedang bertelur, penyu bisa didekati. Bahkan diterangi oleh cahaya. 

Penyu yang bertelur tak menghiraukan apa pun selain hanya mengeluarkan telur-telurnya. Maka, tak jarang ditemukan kegiatan perekaman penyu bertelur dengan cahaya yang cukup. 


Tim MBSC melakukan penelusuran di titik tempat penyu bertelur di kawasan Muara Mbaduk, Banyuwangi.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Endeavour, Inovasi Pewarnaan Kain Ramah Lingkungan, Solusi Alchemie untuk Industri Tekstil

Menurut penuturan para pemandu MBSC, penyu memiliki "memori magnetik". Artinya, jika seekor penyu menetas di sebuah pantai, maka kelak ketika ia hendak bertelur, penyu itu akan kembali lagi ke pantai tempat dulu ia ditetaskan. 

Tak berapa lama, tim MBSC berkerumun di satu titik. Mereka seperti menyaksikan sesuatu. Apakah ada penyu yang bertelur? Dari penerangan sinar bulan, terlihat bayang benda lumayan besar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway