Pengakuan, Identitas, dan Aktualisasi Diri: Dinamika Sosial dalam Masyarakat Modern

Pengakuan, Identitas, dan Aktualisasi Diri: Dinamika Sosial dalam Masyarakat Modern

ILUSTRASI Pengakuan, Identitas, dan Aktualisasi Diri: Dinamika Sosial dalam Masyarakat Modern.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Oleh karena itu, meski media sosial dapat membantu dalam pencapaian aktualisasi diri, ada risiko bahwa aktualisasi diri yang dicapai melalui media sosial mungkin lebih bersifat dangkal atau bergantung pada validasi eksternal yang tidak stabil.

Prinsipnya, media sosial berfungsi sebagai alat yang mempercepat pemenuhan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri. 

Pengakuan yang diterima di platform-platform itu memberikan dampak besar pada bagaimana individu memandang diri mereka dan berusaha untuk mencapai potensi penuh mereka. 

Namun, penting untuk diingat bahwa meski media sosial menyediakan ruang bagi kedua kebutuhan tersebut, ada tantangan dalam menjaga keseimbangan antara validasi eksternal dan pengembangan diri yang lebih dalam. 

Honneth menyebut rekognisi itu sebagai social grammar. Yaitu, suatu kondisi sosial yang memungkinkan individu untuk saling memperhatikan dan memberikan perhatian. 

Di media sosial, pengakuan itu sering kali terwujud dalam bentuk viralitas atau solidaritas digital. 

Melalui cara tersebut, pengguna media sosial bisa merasa dihargai dan diterima oleh orang lain. 

Tapi, tentu saja, itu menimbulkan pertanyaan, apakah pengakuan semacam itu cukup untuk mendukung aktualisasi diri yang lebih dalam atau justru malah menciptakan ketergantungan pada pengakuan yang sifatnya sementara?

IDENTITAS SEBAGAI PROSES DINAMIS: PERSPEKTIF GIDDENS

Menurut Antony Giddens (1991), identitas diri dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang untuk menceritakan kisah tentang dirinya sendiri, yang menggambarkan perasaan dan pengalaman secara konsisten dari waktu ke waktu. 

Giddens menyatakan bahwa identitas bukanlah suatu hal yang tetap atau sekadar kumpulan sifat-sifat tertentu, melainkan sebuah narasi yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. 

Setiap individu berusaha membangun cerita tentang dirinya yang menghubungkan pengalaman masa lalu dengan harapan untuk masa depan. 

Identitas diri itu berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti: apa yang telah dilakukan? Bagaimana cara melakukannya? Siapa saya sebenarnya? 

Dalam proses itu, individu menciptakan sebuah lintasan hidup yang mencerminkan perjalanan dan perkembangan diri mereka, tidak hanya sifat-sifat yang dimiliki, tetapi juga refleksi diri yang lebih dalam mengenai siapa mereka dalam konteks perjalanan hidup mereka. 

Anthony Giddens selanjutnya menjelaskan bahwa identitas itu bukan sesuatu yang statis, melainkan sebuah proses yang terus berkembang seiring waktu, dipengaruhi oleh interaksi sosial dan refleksi diri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: