Guiding Block Terabaikan, Bukti Belum Ramah Difabel (2-Habis): Kopeka Sering Kritik, DKRTH Janji Perbaiki

Saat berjalan di trotoar, kerap kita menjumpai guiding block, yaitu marka khusus untuk membantu para difabel, khususnya penyandang tunanetra. Namun, jika diamati, tak semua trotoar di Kota Surabaya memiliki guiding block. 

----

Salah satunya, di trotoar Alun-Alun Kota Surabaya yang terlihat mulus tanpa guiding block.

Padahal, alun-alun merupakan ikon serta tempat yang sering dikunjungi, baik oleh warga Surabaya maupun luar kota.

Maka tak heran, banyak pejalan kali yang berlalu lalang di sepanjang trotoar alun-alun itu.

BACA JUGA:Banyak Halte Tanpa Bangku dan Atap di Surabaya, Kopeka: Belum Ada Respons Berarti

Selain itu, trotoar sebagai akses jalan kaki juga masih banyak terhalang oleh berbagai hal.

Mulai dari lapak liar para pedagang, bangunan, hingga dijadikan tempat parkir kendaraan. Kondisi tersebut bisa ditemui di trotoar Kembang Jepun.

Trotoar di sana memang dilengkapi guiding block berwarna kuning. Tetapi, justru sedikit pejalan kaki yang memanfaatkan trotoar.

Mereka lebih memilih berjalan di antara teras-teras toko. Hal itu dikarenakan banyak sepeda motor yang parkir di trotoar.

BACA JUGA:Guiding Block Terabaikan, Jalan Tunanetra Penuh Risiko di Kota Pahlawan (1)

Bahkan juga truk yang memuat barang terparkir berdekatan dengan batas trotoar. Sehingga membuat trotoar terasa sempit dan tak nyaman. 

Ada satu bagian trotoar juga terlihat ditutupi road barrier milik Dishub Kota Surabaya. Sehingga banyak dari pejalan kaki lebih memilih berjalan di teras-teras toko.

Kondisi seperti itulah yang dikhawatirkan Dian Ika Riani, pendiri Komunitas Mata Hati, kepada anggotanya para penyandang tunanetra. 

Tentu, bila para penyandang tunanetra berjalan di trotoar tak kondusif itu, bisa jadi orang sekitar tidak akan tahu kalau mereka berada dalam kondisi sulit.

BACA JUGA:Di Indonesia, 22 Januari Diperingati Hari Pejalan Kaki Nasional

Sumber: