Natal dan Spirit Kemanusiaan Riyanto
ILUSTRASI Natal dan Spirit Kemanusiaan Riyanto.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
DI tengah rangkaian perayaan Natal, kini 24 tahun yang lalu sebagian kita tidak akan pernah lupa peristiwa kematian Riyanto. Ia adalah salah seorang anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang ditugaskan untuk menjaga keamanan jemaat Gereja Sidang Jemaat Pantekosta (GSJP) Eben Haezer, Mojokerto.
Peristiwa yang divisualisasikan dalam film Tanda Tanya (2011) karya Hanung Bramantyo itu, Riyanto yang masih berusia 25 tahun dengan penuh keberanian memeluk bom yang diletakkan di dalam gereja dan membawanya ke selokan yang jauh dari kerumunan.
Tak begitu lama, suara ledakan keras pun terdengar dan Riyanto pun terpental beberapa puluh meter.
BACA JUGA:Damai Natal untuk Semua Manusia
BACA JUGA:Natal Dini di Budapest
Tak pelak, peristiwa yang merupakan rangkaian dari Bom Bali itu membawa duka yang mendalam bagi Sukarmin dan Katiyem serta kedua adik Riyanto. Mereka kehilangan putra sulung dan kakak yang menjadi harapan dan tumpuan keluarga.
Duka itu terasa hingga saat ini. Katiyem, ibunda Riyanto, enggan mengingat peristiwa tersebut dan menolak untuk mengurai kembali peristiwa tersebut.
Di balik pengorbanan pejuang toleransi dan kemanusiaan sederhana itu, terdapat pelajaran berharga bagi seluruh elemen bangsa. Salah satunya adalah pentingnya cinta kasih tanpa memandang perbedaan latar belakang.
BACA JUGA:Natal dan Agama Sains
BACA JUGA:Libur Natal Diwarnai Kecelakaan Bus, Kemenhub Imbau Operator Utamakan Keselamatan
Di tengah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berpangkal pada disrupsi di segala bidang, cinta kasih menjadi bagian terpenting agar terhindar dari adu domba sesama anak bangsa.
Pemuka agama memiliki peran yang cukup signifikan dalam mengembangkan sikap itu. Apa yang dilakukan Riyanto tak lepas dari pembelajaran agama yang ia terima, terutama dalam memandang perbedaan agama.
Semangat toleransi yang dipupuk dan dikembangkan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia terpatri dengan baik. Dalam gerak langkah, hal itu diimplementasikan oleh badan otonom (banom) NU seperti Muslimat, Fatayat, GP Ansor, IPNU, IPPNU, PMII, dan yang lainnya.
BACA JUGA:Natal 2024: Spirit dari Bethlehem
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: