Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (5): Rayakan Iduladha dengan Opor Ayam

Foto bersama saat setelah salat Iduladha bersama teman-teman Indonesia dan mahasiswa internasional di Kota Kayseri. -Yunaz Karaman-
Saya tidak melihat hewan kurban di sekitaran masjid, tapi saat di perjalanan saya melihat terdapat satu lokasi khusus untuk penyembelihan hewan kurban dari pemerintah. Jadi bukan di sembarang atau di semua tempat dapat melaksungkan penyembelihan hewan kurban.
BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (6): Bertualang Menjelajah Paris di Bawah Tanah
Beberapa informasi saya dapatkan bahwa penyembelihan hewan kurban di Turkiye diorganisir terpusat oleh pemerintah setempat. Regulasi setempat memastikan bahwa proses penyembelihan berlangsung secara higienis, tertib, dan tentunya sesuai dengan syariat Islam. Pembagian daging kurban juga dibagi utamanya untuk keluarga, saudara dekat, tetangga, dan orang yang membutuhkan.
Pemerintah Turkiye memiliki lembaga zakat yang resmi untuk proses penyembelihan kurban seperti Diyanet Vakfi dan Kızılay. Lembaga resmi pemerintah itu melakukan penyaluran kepada wilayah dan masyarakat yang kurang terjangkau.
Di beberapa tempat di pinggir jalan Kota Kayseri, saya melihat tukang gulung daging yang membuka jasa. Setelah proses penyaluran daging kurban saya melihat antrean warga untuk menggiling daging kurbannya di kios-kios kecil itu.
BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (5): Penonton Kehidupan di Atas Pedal
Makanan khas Turkiye dengan olahan daging etli pilav. -Yunaz Karaman-
Daging yang telah digiling itu kemudian diolah masyarakat setempat menjadi hidangan khas Turkiye. Seperti kavurma yakni tumisan daging yang dimakan dengan nasi atau roti, etli pilav alias nasi yang gurih dimasak dengan potongan daging, dan şiş kebap yang tak lain adalah potongan daging ditusuk kemudian dibumbui rempah dan bawang yang disajikan dengan nasi dan sayuran.
Beruntung, di hari raya kurban saya kali ini saya bertemu banyak masyarakat atau mahasiswa Indonesia yang tinggal di Kayseri. Kami berkumpul di salah satu rumah mahasiswa Indonesia. Di sana kami menyantap opor ayam, lengkap dengan lontong dan kerupuk.
Kebersamaan ini membuat saya merasakan hari raya meski jauh dari keluarga. Kami menutup makan bersama dengan es cincau segar.
BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh Yunaz Karaman (6): Cappadocia di Depan Mata
Hanya lewat video call dan pesan di WhatsApp saya mengucapkan selamat merayakan raya kepada keluarga saya di Indonesia. Tentunya hal ini terasa berbeda dengan kebiasaan budaya kita dalam merayakan hari raya berkumpul dengan keluarga untuk saling bermaaf-maafan lalu makan bersama.
Namun, bagaimanapun hal ini adalah ”harga” yang harus dibayar ketika ada di perantauan. Sama sekali tidak menghilangkan esensi dari berhari raya yang penuh khidmat itu.
Bahkan jika dapat saya katakan bahwa merayakan hari raya ini adalah simbol keberhasilan dan kemenangan kita dalam suatu pengorbanan. Pengorbanan pada hal-hal yang dapat membuat kita jauh lebih mengerti tentang arti keikhlasan. (*)
Yunaz Karaman--
*) Mahasiswa Pascasarjana di Nevsehir Haci Bektas Veli University, Turkiye
Indeks: Disambangi istri setelah sebulan berpisah. Baca besok…
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: