Kian Peliknya Problem Perumahan di Jakarta, Kalau Miskin Jangan Harap Punya Rumah
KAWASAN PERKAMPUNGAN yang berada di bawah kompleks apartemen Sudirman, Jakarta.-Doan Widhiandono-
Rumah adalah impian nyaris semua orang. Terutama bagi mereka yang sudah berkeluarga. Tetapi, makin lama, harganya kian tak terjangkau. Seandainya terbeli pun, rumah iku bisa jadi sangat jauh dari tempat kerja seseorang. Kantor berita Agence France-Presse menuliskan kisah ’’pejuang tempat tinggal’’ di Jakarta.
TATKALA menggulir-gulir media sosial, penggemar film asal Indonesia, Jessica Sihotang, menemukan sebuah film apik. Tentang perjuangan seorang wanita berusia 30-an untuk mewujudkan mimpi memiliki rumah di Jakarta.
Judul film itu: Home Sweet Loan. Dirilis pada September 2024. Sutradaranya adalah Sabrina Rochelle Kalangie. Dan naskahnya dibuat berdasar novel berjudul serupa yang ditulis oleh Almira Bastari.
Menurut produser, film tersebut terasa relates bagi dua juta penontonnya. Ya, ada begitu banyak orang-orang di Indonesia yang begitu mendambakan tempat tinggal. Termasuk di Jakarta.
BACA JUGA:Harian Disway Business Match: Pengusaha Tiongkok Pamerkan Inovasi Teknologi Perumahan di REI Jatim
BACA JUGA:Program Tanah Koruptor untuk Perumahan Rakyat
Problem yang meliputi warga provinsi berpopulasi 11 juta jiwa itu sungguh kompleks. Lahan menyusut. Harga properti kian tak terjangkau. Sehingga, mereka harus mencari rumah yang jauh. Konsekuensinya, mereka menjadi makhluk komuter yang saban hari harus menempuh perjalanan melelahkan.
Film itu memicu banyak perbincangan di kalangan warga Jakarta. Sebab, keluhan tokoh utamanya mencerminkan masalah perumahan yang telah lama mereka rasakan.
“Saya sangat bisa memahami. Saya sudah memikirkannya selama 10 tahun terakhir,” kata Jessica, 35.
BANGUNAN MENJULANG memendarkan cahaya saat malam di kawasan Sudirman, Jakarta. Di bawah kompleks apartemen, hotel, dan perkantoran itu terdapat kampung dengan rumah yang sederhana.-Doan Widhiandono-
“Saya ingin punya rumah sendiri. Tapi tabungan saya tidak pernah cukup, bahkan untuk uang mukanya saja,” tambah perempuan penerima beasiswa saat masih kuliah itu.
Jakarta memang seperti etalase kesenjangan. Perumahan kumuh terhampar di bawah bayangan kompleks apartemen baru yang mewah dan gedung pencakar langit.
Kurang dari dua pertiga warga Jakarta memiliki rumah sendiri, menurut Badan Pusat Statistik, angka terendah dibandingkan dengan provinsi lain.
Grafis by Gusti--
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: