Maksimalkan Hasil Produksi, Kopi Lokal Berani Berksperimen demi Cita Rasa

Maksimalkan Hasil Produksi, Kopi Lokal Berani Berksperimen demi Cita Rasa

Arasy Nugroho, penjaga stan Omah Kopi Ngemplak meracik kopi untuk pembeli yang meramaikan ajang Java Coffee and Flavors Fest (JCFF) 2025. --HARIAN DISWAY

BACA JUGA: QRIS BRI Permudah Transaksi UMKM Kopi di Lahat, Pelanggan Makin Nyaman Tanpa Uang Tunai

Upaya lainnya juga dilakukan oleh produsen Om Koplak alias Omah Kopi Ngemplak dari Dusun Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah. Jenis kopi yang diproduksi meliputi jenis liberika, robusta, arabika, dan excelsa.

“Kami punya kopi nangka dari jenis liberika dan excelsa, sehingga rasanya unik dan jarang ditemui di kebanyakan kedai kopi,” tutur Eko Budi Suroso, pemilik bisnis Om Koplak.  

Biasanya pengolahan kopi berupa natural process, honey process, wine process, atau full wash. Kali ini, Om Koplak menyajikan produk yang proses pengolahannya punya tantangan tersendiri. Metode pengolahannya terdiri atas double wash, wash mossto, natural mossto, dan honey mossto. 

BACA JUGA: 5 Bahaya Minum Kopi Pagi Hari yang Jarang Disadari

“Kalau double wash dilakukan dengan dua kali pencucian dan sekali fermentasi. Pembuatan kopi mossto, mucilage (lendir) di dalam kopi dikeluarkan. Kemudian, melewati tahap fermentasi dan direndam dalam air,” tutur Arasy Nugroho, penjaga stan Om Koplak. 

“Itu kita baru bisa panen di tahun berikutnya atau mungkin lebih lama, tergantung cairan hasil fermentasi yang dihasilkan. Bahkan, bisa lebih lama kalau cairannya sedikit. Tak heran, harganya lebih mahal karena prosesnya tidak mudah,” tambahnya. 

Selain itu, tantangan lainnya adalah cuaca. Karena dalam proses pengolahan kopi, ada tahap penjemuran. Nah, cuaca mendung tidak mendukung untuk proses tersebut.

BACA JUGA: Kopi Indonesia Bersiap Rebut Kembali Pasar Kopi Jepang lewat Diplomasi Rasa

Om Koplak berdiri didasari oleh penanaman tumbuhan kopi yang turun temurun dari zaman Belanda. Tetapi, masih sedikit orang yang mampu mengelolanya. Para petani banyak yang tidak paham cara mengelola dan budidaya kopi dengan benar. Jadi, mereka belum bisa merasakan hasil kopinya sendiri.  

Pada 2014, Om Koplak bersama para petani lokal belajar mengelola kopi dari hulu sampai hilir melalui kegiatan pelatihan. Sejak itu, pengelolaan bisnis terus mengalami perkembangan.  

Untuk memasarkannya, Om Koplak aktif berpromosi lewat pameran dan Instagram @omahkopi_ngemplak. Produknya sudah diekspor ke Jerman dan Korea Selatan. Tahun ini, Om Koplak mencetak skor tertinggi di JCFF 2025 untuk kategori kualitas kopi liberika dengan nilai 84,56. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: