Tiga Agenda Utama Menuju Kebangkitan Pertamina

Komisaris Utama dan Komisaris Independen PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Denny JA (berjas biru) memeluk Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri. -Denny JA-
Negara tak bisa berjalan sendiri. Kita membutuhkan energi kewirausahaan, inovasi teknologi, dan efisiensi biaya dari sektor swasta. Namun pelibatan ini tetap harus berada dalam koridor pengawasan, transparansi, dan keberpihakan pada kepentingan nasional.
3. Ekosistem Energi yang Berkeadilan
Kebangkitan energi bukan sekadar urusan volume produksi. Ia juga menyentuh keadilan sosial. Masyarakat dan daerah penghasil harus diberdayakan. Program CSR mesti menjangkau pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan ekonomi lokal.
BACA JUGA: Kejagung Periksa 6 Saksi Perkara Minyak Mentah PT Pertamina
Kebangkitan Pertamina tak boleh hanya bersifat teknokratis. Tapi harus berakar pada imajinasi bangsa. Dalam ranah CSR dan sponsorship, Pertamina akan perlu menghidupkan inisiatif budaya.
Misalnya Pertamina Peduli Budaya akan mendukung Festival Budaya Tahunan yang merangkul film, musik, dan sastra. Karena bangsa yang besar bukan hanya ditandai oleh kekuatan ekonominya, tapi juga oleh kekayaan narasinya dan keberanian imajinasinya.
Sebelumnya, saya juga berdiskusi dengan Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Awang Lazuardi, untuk menyusun langkah-langkah strategis yang tak konvensional.
BACA JUGA: Pertamina Dorong Tumbuh Kembang Anak Lewat 94 Program CID Tematik
Kita percaya bahwa kemandirian energi hanya bisa tercapai melalui ekosistem kolaboratif. Ini dengan membuka ruang partisipasi yang luas bagi sektor swasta dalam pengembangan hulu migas.
Dewan Komisaris PHE kini berisi delapan tokoh luar biasa. Di awal perkenalan, saya berseloroh: “Kalau Marvel punya The Fantastic Four, maka kita: The Fantastic Eight”.
Kami juga didampingi komite ahli yang berpengalaman. Struktur subholding pun mulai direvitalisasi—dengan semangat efisiensi dan transparansi.
BACA JUGA: Pertamina Dukung Kopi Kamojang Tembus Asia-Eropa
Kemandirian Energi adalah Mandat Peradaban
Kemandirian energi bukan sekadar urusan barrel atau dollar. Ia adalah mandat peradaban. Ia menentukan apakah Indonesia bisa menentukan arah nasibnya sendiri, atau terus bergantung pada pasar global dan tekanan geopolitik.
Jika kita ingin membuat Pertamina Great Again, maka perusahaan ini tak cukup dibangun sebagai entitas bisnis. Ia harus tumbuh sebagai gerakan nasional. Sebuah simbol bahwa bangsa ini sanggup berdiri di atas kakinya sendiri.
Ini dicapai dengan strategi, imajinasi, dan komitmen untuk Indonesia yang lebih berdaulat. Selain meningkatkan produksi minyak, Pertamina harus berani bergerak menuju energi terbarukan dan teknologi hijau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: