LPG 3 Kg, Pagar Laut Tangerang, dan Konversi Minyak Tanah ke Gas
Antrean panjang pembelian tabung gas subsidi LPG 3 Kg--Tiktok
BACA JUGA:Bahlil Aktifkan Lagi Pengecer LPG 3 Kg Jadi Sub-Pangkalan, Sistem Penjualan Pakai Aplikasi
BACA JUGA:Bahlil Jamin Tidak Akan Ada Kelangkaan LPG 3 Kg, Hanya Tambah Jarak dan Ongkos ke Pangkalan
Namun, tak lama berselang, alangkah terkejutnya melihat dampak yang ditimbulkan dari program konversi itu. Masyarakat kita dalam beberapa bulan terakhir banyak disajikan kabar berita mengenai meledaknya tabung gas elpiji ukuran 3 kg yang cukup banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda.
Berdasar data Badan Perlindungan Konsumen Nasional, hingga Juni 2010, tercatat 33 kasus ledakan tabung elpiji dengan korban tewas dan luka-luka yang tidak sedikit.
Banyaknya kejadian meledaknya tabung gas, menurut temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) saat itu, akibat kurang adanya pengetahuan masyarakat tentang cara penggunaan tabung gas dan bagaimana melakukan upaya mitigasi jika terjadi ledakan akibat salah penggunaan tabung gas tersebut.
BACA JUGA:Redam Kisruh LPG 3 Kg, Prabowo Perintahkan Agar Pengecer Bisa Berjualan Lagi Hari Ini
BACA JUGA:Bahlil Akan Ubah Pengecer LPG 3 Kg jadi Sub Pangkalan, Anggap Syarat Terlalu Memberatkan
Kesimpulan dari temuan YLKI di lapangan, banyaknya kasus tabung gas bocor maupun meledak merupakan bukti kegagalan pemerintah dalam menyosialisasikan konversi energi kepada warga masyarakat.
Dari berbagai perspektif kajian ekonomi, kebijakan pemerintah untuk melakukan konversi pemakaian bahan-bakar dari minyak tanah ke gas LPG (liquified petroleum gas) sangat logis.
Harga minyak mentah internasional saat itu telah melonjak sangat tajam. Pada awal Mei 2008, harganya pernah menembus USD 120 per barel. Apabila harga minyak tanah dalam negeri hendak dipertahankan, pemerintah harus mengeluarkan dana tambahan dari alokasi APBN yang begitu besar untuk menyubsidi. Sementara itu, cadangan minyak bumi di Indonesia lambat laun makin tipis.
BACA JUGA:Pengecer Ngeluh Dilarang Jual LPG 3 Kg, Singgung Pangkalan yang Tak Bisa Jualan 24 Jam
KONVERSI YANG (MASIH) KONTROVERSIAL
Sejak 2003, Indonesia sebenarnya sudah menjadi negara net importer bahan-bakar minyak. Di lain pihak, potensi cadangan elpiji di perut bumi Indonesia masih melimpah atau setidaknya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan cadangan minyak bumi yang ada.
Selain itu, penggunaan LPG sebagai bahan bakar relatif lebih bersih karena polusinya lebih ringan jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak tanah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: