Apakah Cancel Culture Efektif? Pro dan Kontra di Kalangan Masyarakat
![Apakah Cancel Culture Efektif? Pro dan Kontra di Kalangan Masyarakat](https://cms.disway.id/uploads/e9b4a8ec6aa9ada2ad3e7d4065101d0f.jpg)
Mengetahui pro dan kontra masyarakat terhadap penerapan budaya cancel culture. --freepik.com
HARIAN DISWAY - Cancel culture telah menjadi fenomena global yang semakin sering terjadi. Terutama di era media sosial. Fenomena ini bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, tetapi telah berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran sosial terhadap berbagai isu moral dan etika.
Dalam lingkungan digital saat ini, individu atau kelompok yang dianggap melakukan kesalahan dapat dengan cepat mendapatkan reaksi keras dari publik melalui media sosial.
Cancel culture sering kali dikaitkan dengan bentuk penghukuman sosial, di mana seseorang, biasanya figur publik, mengalami boikot massal akibat perkataan atau tindakan yang dianggap tidak pantas. Hal ini bisa berupa komentar yang mengandung rasisme, seksisme, ujaran kebencian, atau pelanggaran norma sosial lainnya.
Meskipun beberapa orang menganggap cancel culture sebagai alat yang efektif untuk menegakkan akuntabilitas, banyak pula yang berpendapat bahwa fenomena ini bisa menjadi tidak terkendali dan menyebabkan konsekuensi yang tidak adil.
BACA JUGA:Fenomena Cancel Culture: Dampak, Kontroversi, dan Relevansinya di Era Digital
BACA JUGA:Gus Miftah dan Fenomena Cancel Culture
Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai pro dan kontra cancel culture, termasuk dampaknya bagi masyarakat dan individu yang terlibat. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, kita dapat melihat apakah cancel culture benar-benar efektif dalam menciptakan perubahan sosial yang positif atau justru menjadi alat penghukuman yang berlebihan.
Pro Cancel Culture
1. Mendorong Akuntabilitas
Salah satu manfaat terbesar dari cancel culture adalah kemampuannya untuk menegakkan akuntabilitas, terutama bagi figur publik yang memiliki pengaruh besar.
Dalam banyak kasus, individu atau institusi yang terlibat dalam tindakan yang tidak etis, seperti rasisme, pelecehan seksual, atau ujaran kebencian, mendapatkan konsekuensi yang sepadan dengan kesalahan yang mereka lakukan.
Melalui cancel culture, masyarakat dapat menunjukkan bahwa perilaku tidak pantas tidak akan ditoleransi.
Sisi positif cancel culture, dapat memberi ruang bagi pelaku untuk memperbaiki diri serta membuka kesempatan bagi korban yang terdampak untuk bersuara. --freepik.com
BACA JUGA:Cancel Culture Seharusnya Pandang Bulu
BACA JUGA:Band Radja Jiplak Lagu APT? Fenomena Cancel Culture pada Musik Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: