Apakah Cancel Culture Efektif? Pro dan Kontra di Kalangan Masyarakat
![Apakah Cancel Culture Efektif? Pro dan Kontra di Kalangan Masyarakat](https://cms.disway.id/uploads/e9b4a8ec6aa9ada2ad3e7d4065101d0f.jpg)
Mengetahui pro dan kontra masyarakat terhadap penerapan budaya cancel culture. --freepik.com
BACA JUGA:5 Selebriti yang Menjadi Korban Penipuan Fico Fachriza
2. Kurangnya Ruang untuk Perbaikan Diri
Cancel culture sering kali tidak memberikan kesempatan bagi individu yang telah melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri. Dalam banyak kasus, individu yang terkena cancel culture langsung dijauhi tanpa diberikan kesempatan untuk meminta maaf atau menunjukkan perubahan sikap.
Padahal, setiap orang memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa cancel culture bisa menjadi terlalu keras dan tidak memberikan ruang bagi rekonsiliasi atau pertobatan.
Dampak negatif cancel culture dapat memunculkan potensi trial by social media dan kurangnya ruang untuk perbaikan diri. --freepik.com
3. Menciptakan Budaya Ketakutan
Beberapa orang berpendapat bahwa cancel culture dapat menciptakan budaya ketakutan di mana individu enggan mengutarakan pendapat atau berdiskusi secara terbuka karena takut akan reaksi negatif dari publik.
Hal ini dapat membatasi kebebasan berekspresi dan menyebabkan masyarakat lebih berhati-hati dalam berbicara, bahkan dalam konteks yang seharusnya mendukung diskusi dan pemahaman yang lebih luas.
BACA JUGA:Crab Mentality di Dunia Kerja dan Cara Menghadapinya
BACA JUGA:Mengenal Sindrom Asperger, Fakta Penting yang Perlu Anda Ketahui
Cancel culture di era digital adalah fenomena yang kompleks dengan dampak yang beragam. Meskipun dapat menjadi alat yang efektif untuk menegakkan akuntabilitas dan mendorong perubahan sosial, cancel culture juga memiliki potensi untuk menjadi tidak adil dan merugikan individu secara tidak proporsional.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih kritis dalam menilai kasus-kasus cancel culture dan memastikan bahwa tindakan yang diambil benar-benar membawa manfaat sosial, bukan sekadar hukuman yang impulsif. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Airlangga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: