Menonton Konser Linkin Park, Sylvia Tanumihardja Temukan Ketenangan dan Merasa Lebih Baik

Logo Linkin Park di panggung tak jauh dari tempat saya duduk menonton konser dengan Sheiden Dela Cruz. Teman nonton yang ternyata sesama penulis. --Sylvia Tanumihardja
Linkin Park memilih Indonesia sebagai satu-satunya tempat penyelenggaraan From Zero World Tour di ASEAN. Konser pada 16 Februari 2025 yang digelar di Stadion Madya Gelora Bung Karno (GBK) pukul 20.00 WIB, itu menjadi momen yang tak saya lewatkan.
Sebenarnya saya tidak tahu Linkin Park (LP) akan menggelar konser di Jakarta. Saat tengah mengetik folliow up pasien di RS Immanuel Bandung, dr Johan SpJP(K), FIHA, rekan kerja saya, nyeletuk; “Mau nonton konser Linkin Park nggak? Tapi tiketnya mahal sekali”.
Saya terbelalak menoleh ke arahnya, “Saya mau sekali menonton. Masalahnya saya harus menabung untuk pergi ziarah”. Tapi jika rezeki memang tak akan pergi ke mana. Harapan menjadi satu dari sekian ribu fans LP yang bisa menonton konsernya itu terwujud.
Beberapa minggu kemudian saya iseng masuk ke website tempat penjualan tiket LP. Saya menghela napas dan akhirnya memutuskan membeli tiket konsernya. Apalagi ini momen yang tak boleh saya lewatkan.
BACA JUGA: Linkin Park Gelar Konser From Zero World Tour di Jakarta pada 2025 dengan Formasi Terbaru
Setelah tiket berada di genggaman, saya mengingat-ingat lagi mengapa dulu saya menyukai mereka. Sebenarnya saya menyukai genre musik pop. Tapi LP yang menggabungkan aneka aliran musik seperti pop rock, rap, hip hop, electronic rock dan hard rock memikat hati saya.
LP pada masa itu beranggotakan Chester Bennington sebagai vokalis utama, Mike Shinoda sebagai rapper, Rob Bourdon sebagai drummer, Joe Hahn, sebagai DJ turntable, Brad Delson sebagai gitaris utama dan Dave Farrel sebagai pemain gitar bass.
Sebagai wanita muda saat itu, saya kadang dihantui kegelisahan dan perasaan rapuh yang kadang tidak bisa dipahami. Hidup terkadang seperti labirin tanpa pintu keluar, membuat saya kecewa. Saya menemukan pelarian dalam dentuman musik rock LP.
Suasana konser Linkin Park. Grup musik ini memilih Indonesia sebagai satu-satunya tempat penyelenggaraan From Zero World Tour di negara ASEAN. --Sylvia Tanumihardja
BACA JUGA: Perjalanan Karier Emily Armstrong Sebelum Jadi Vokalis Baru Linkin Park
Dalam distorsi gitar, rap, ketukan drum dan suara lantang Chester saya menemukan ketenangan; dalam lantunan lirik yang penuh emosi, saya menemukan pemahaman; dan dalam semangatnya, saya menemukan inspirasi untuk tetap bertahan.
Sosok Mike menjadi figur yang saya kagumi. Mike adalah seseorang yang serbabisa -rapper, penyanyi, produser, dan desainer grafis- yang menciptakan karya sepenuh jiwa.
Saya ingat juga saya mulai menyukai LP saat mereka mengeluarkan album pertama Hybrid Theory pada 2000. Album ini menjadi best selling debut album of the decade dan disertifikasi diamond oleh Recording Industry Association of America.
BACA JUGA: Emily Armstrong, Vokalis Baru Linkin Park Tuai Kontroversi, Diduga Terlibat Gereja Scientology
Ajaibnya, ketika saya berangkat dari Bandung tepat hari H, eh tak disangka, di stasiun Whoosh saya dijemput taksi yang juga penggemar LP. Ia fasih bercerita tentang musik LP. Tak hanya itu, musik yang mengalun dalam taksinya pun musik LP.
LP mempunyai sejarah kelabu dengan wafatnya Chester akibat gantung diri di kediamannya pada 2017. Ia merupakan vokalis utama dalam 7 album pertama LP. Hal ini menyebabkan mundurnya drummer Rob dan LP hiatus selama 7 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: