Bilang Jancuk, Dibunuh

ILUSTRASI Bilang Jancuk, Dibunuh. Gara-gara tersinggung dimaki "jancuk", tersangka ini menendang temannya hingga tewas.-Arya-Harian Disway-
Jadwal kerja selanjutnya semestinya giliran Mustakim. Namun, ia sudah meninggal. Jadi, saat itu kosong, tak ada penjaga. Esoknya, Minggu, 16 Februari 2025, sekitar pukul 17.00 WIB, penjaga berikutnya yang bernama Derys Dry Fanca Hemi, 27, datang. Saat tiba, ia mulai menyalakan lampu.
Derys menyalakan lampu halaman belakang. Saat itulah ia melihat tubuh Mustakim tertelungkup, berdarah. Tidak bergerak. Maka, Derys melapor ke kepala desa. Kepala desa lapor polisi.
BACA JUGA:Identifikasi Mayat Dibunuh
BACA JUGA:Ibu dan Anak Dibunuh Cucu di Lebak Bulus
Kasatreskrim Polres Pasuruan AKP Adimas Firmansyah, kepada wartawan, mengatakan:
”Tersangka dan korban sempat bersitegang di dekat kamar mandi vila. Tersangka kemudian menendang korban lima kali hingga mengenai rahang, membuat korban terjatuh dan tak sadarkan diri. Setelah itu, tersangka menyeret korban ke pinggir kandang ayam dan meninggalkannya dalam kondisi berlumuran darah.”
Tersangka dijerat Pasal 338 KUHP, pembunuhan. Ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Prof David M. Buss dalam bukunya yang berjudul The Murderer Next Door: Why the Mind is Designed to Kill? (New York, Penguin, 2006) menyebutkan, meski pembunuhan adalah kejahatan luar biasa, jangan bayangkan bahwa pembunuh adalah orang luar biasa.
BACA JUGA:Maling Motor Dibunuh Massa
BACA JUGA:Tragis! Bocah Perempuan di Lebak Dibunuh, Lima Pelaku Ditangkap karena Dendam Utang-Piutang
Berdasar hasil riset Buss di buku itu, sejumlah pembunuhan dilakukan orang-orang yang sama sekali biasa. Tidak istimewa. Selain biasa dari cara kehidupan mereka, juga tidak ada tanda-tanda khusus seorang pembunuh. Implikasinya, seseorang tidak harus menjadi psikopat atau sosiopat untuk membunuh orang lain.
Buss guru besar psikologi di University of Texas-Austin, AS. Buss menemukan bahwa sebagian besar orang AS tidak hanya memiliki keinginan (dalam imajinasi) untuk membunuh, bahkan melangkah lebih jauh dengan merencanakan pembunuhan hipotesis mereka dengan sangat rinci. Tentunya dalam angan-angan.
Menurutnya, sekitar 91 persen pria dan 84 persen wanita memiliki pikiran untuk membunuh seseorang. Itu hasil survei Buss terhadap 5.000 orang yang disajikan dalam buku tersebut.
Teori itu bisa kita renungkan, pernahkah ketika kita emosi terhadap seseorang, lalu kita membayangkan membunuhnya? Bukan hanya membayangkan, kadang juga diungkapkan langsung terhadap orang yang membikin kita emosi. Dalam bahasa Jawa: ”Wow… koen iso tak pateni, nek ngene kelakuanmu.”
Menariknya, kalau hampir semua orang (91 persen pria di AS, versi Buss) pernah membayangkan akan membunuh seseorang, mengapa sangat sedikit orang yang benar-benar melaksanakan imajinasinya itu? Atau, kebanyakan orang yang membayangkan akan membunuh seseorang tidak pernah melakukannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: