Apakah Pesantren Masih Punya Tempat di Hati Generasi Alpha?

Apakah Pesantren Masih Punya Tempat di Hati Generasi Alpha?

KH Solehuddin Mahfud (Ponpes Saadatud Daroini Singopadu) bersama penulis, Mochammad Noval El Rojwan di pondok pada 2012.-Dok Pribadi-Dok Pribadi

Sejatinya, orang yang mencari ilmu itu bukan hanya anak-anaknya yang berjuang, tetapi orang tua juga harus membantu mempermudah proses pembelajaran anaknya tersebut (tirakat).

Gus Baha pernah berkata begini:

"Kalau mau anakmu tumbuh alim, hal yang pertama dan utama kalian lakukan adalah memperbaiki dirimu dulu. Orang tuanya masih banyak maksiat, kok ingin anaknya alim."

Oleh karena itu, orang tua juga harus diedukasi bahwa pesantren bukanlah solusi instan untuk menangani anak-anak bermasalah, melainkan lembaga pendidikan yang membutuhkan komitmen dari semua pihak.

Calon santri pun harus memiliki keinginan kuat untuk belajar dan berkembang.

BACA JUGA:Transformasi Kemandirian Ekonomi Pesantren

BACA JUGA:Cak Imin Dukung Kemenag Bentuk Dirjen Pondok Pesantren

Pengembangan Soft Skills: Persiapan untuk Dunia Modern

Tidak kalah penting, banyak pesantren yang masih kurang memberikan perhatian pada pengembangan soft skills , seperti kepemimpinan, komunikasi, dan problem-solving. Padahal, kemampuan ini sangat penting untuk bersaing di era modern. Tanpa soft skills yang memadai, santri mungkin akan kesulitan beradaptasi dengan tantangan dunia nyata.

Dalam Surat Al-Hashr ayat 18, Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok."

Ayat ini mengajarkan pentingnya persiapan untuk masa depan, termasuk melalui pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Oleh karena itu, pesantren perlu menambahkan program pelatihan soft skills ke dalam kurikulumnya. Contohnya, dengan mengadakan seminar motivasi, pelatihan public speaking, atau kegiatan ekstrakurikuler seperti debat dan organisasi santri (bahtsul masail ).

Hal ini akan membantu santri menjadi individu yang lebih siap menghadapi dunia kerja dan kehidupan sosial.

Teori dan Praktik: Pembentukan Karakter yang Lebih Utuh

Selain teori pembelajaran, pesantren juga perlu memberikan praktik langsung kepada para santri. Misalnya, dengan membaur kepada masyarakat, mengikuti acara desa, atau bergabung dalam organisasi daerah.

Ini penting untuk mempersiapkan santri menghadapi masyarakat setelah lulus. Salah satu contoh praktik yang sangat efektif adalah dakwah bil-hal, di mana santri ditugaskan untuk mengisi atau memprogram masjid-masjid di desa terpencil, biasanya selama bulan Ramadan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: