Kebakaran Hutan Korea Selatan Renggut 27 Jiwa, Terbesar dalam Sejarah

HUTAN TERBAKAR di dekat Sungai Nakdong, Andong, 27 Maret 2025. Sebanyak 27 warga tewas.-Anthony Wallace-AFP-
HARIAN DISWAY - Langit di tenggara Korea Selatan (Korsel) berubah menjadi lautan asap. Angin berembus membawa abu yang menyesakkan. Barisan pohon pinus berubah menjadi bara yang menjalar tanpa ampun diterjang kebakaran hutan.
Dari kejauhan, api terlihat menari-nari di punggung bukit, menyapu desa-desa dan memaksa puluhan ribu warga meninggalkan rumah mereka dalam kepanikan.
Ya, gambaran mengerikan itulah yang terjadi di Negeri Ginseng tersebut. Gambaran tentang kebakaran hutan terbesar dan paling mematikan dalam sejarah Korsel.
Lebih dari 35.000 hektare hutan terbakar. Melampaui rekor lima tahun silam.
Hingga Kamis, 27 Maret 2025, korban jiwa mencapai 27 orang. Puluhan lainnya luka-luka.
“Api menyebar dengan cepat,” kata Lee Han-kyung, kepala divisi penanggulangan bencana dan keselamatan.
Jalanan terputus. Jaringan komunikasi lumpuh. Lebih dari 37.000 orang terpaksa mengungsi. Beberapa orang hanya sempat membawa pakaian yang melekat di badan.
Bagi banyak warga, peristiwa itu adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan.
RUMAH GOSONG di kawasan Andong ini menjadi bukti dahsyatnya kebakaran hutan di Korea Selatan.-Yasuyoshi Chiba-AFP-
Sebagian besar korban adalah warga lanjut usia yang tidak sempat menyelamatkan diri. Bahkan, tiga petugas pemadam kebakaran tewas saat berusaha menjinakkan api. Seorang pilot helikopter pemadam kehilangan nyawanya ketika pesawatnya jatuh di pegunungan.
Di balik kobaran api itu, ada realitas yang lebih mengkhawatirkan: iklim yang semakin tak bisa diprediksi.
Tahun lalu, Korea Selatan mencatat suhu terpanas dalam sejarah. Meski suhu beberapa bulan terakhir masih dalam rata-rata 30 tahun terakhir, wilayah terdampak kebakaran mengalami musim kering ekstrem. Curah hujannya pun jauh di bawah normal.
“Kebakaran ini sekali lagi membuka mata kita terhadap kenyataan pahit tentang krisis iklim yang belum pernah kita hadapi sebelumnya,” ujar Lee.
Profesor Yeh Sang-wook dari Universitas Hanyang menjelaskan bahwa kemarau ekstrem mengeringkan tanah. Terciptalah kondisi sempurna untuk kebakaran hutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: