Pedagang Tanah Abang Tertekan Akibat Penurunan Pendapatan dan Persaingan Online

Pedagang Tanah Abang Tertekan Akibat Penurunan Pendapatan dan Persaingan Online

Ardino Putra sedang menyiapkan pesanan pelanggan di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis 6 Maret 2025.-BAY ISMOYO / AFP-

Yaya Azmi, seorang mahasiswi berusia 22 tahun asal Malaysia, datang ke Jakarta bersama saudara perempuannya untuk mencari pakaian Muslim yang murah. Barang-barang itu kemudian dijual melalui TikTok dan Telegram. “Ramadan adalah waktu terbaik,” katanya.

Menurutnya, penjualannya di dua platform tersebut pasti meningkat selama bulan suci Ramadan. Bahkan peningkatannya bisa lima kali lipat. Meski begitu, beberapa pembeli dari kalangan lebih tua masih setia dengan pasar tradisional. 

BACA JUGA:Tugas Baru Menkominfo dari Jokowi: Tertibkan Medsos yang Jadi E-commerce, TikTok Shop Termasuk?

“Di sini lengkap. Banyak pilihan. Harganya murah,” kata Hani Nayowan, ibu rumah tangga berusia 60 tahun. “Sebelum pandemi, tempat ini lebih ramai. Pemerintah seharusnya menciptakan lebih banyak lapangan kerja untuk masyarakat kelas bawah agar mereka punya penghasilan,” tambahnya.

Namun, ledakan pasar e-commerce di Indonesia diprediksi akan tumbuh dari hampir Rp 877 triliun pada 2023 menjadi Rp 1,4 kuadriliun pada 2028. Kondisi itu akan menjadi tantangan besar bagi pedagang pasar tradisional.

Ria Anggraini, 37, salah seorang pedagang yang mulai beralih menggunakanteknologi, mengungkapkan bahwa 35 persen dari penjualannya kini berasal dari transaksi daring. Sementara sisanya dari penjualan langsung. 

Dia pun meminta pemerintah agar lebih memperketat pajak bagi platform daring. “Kalau bisa mengikuti tren, penjualan akan bagus,” tuturnya.

BACA JUGA:Berkah Ramadan, Terminal Teluk Lamong dan Pelindo Group Bagikan 3.750 Paket Sembako

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Kamdani menegaskan, perubahan perilaku konsumen dan ketidakmampuan beberapa pedagang beradaptasi dengan tren baru merupakan faktor utama penurunan kinerja penjualan mereka.

“Tidak mengherankan jika pedagang yang hanya mengandalkan penjualan offline mengalami penurunan kinerja penjualan,” ujarnya. “Basis konsumen terbesar Indonesia saat ini adalah milenial dan Gen-Z. Mereka lebih tertarik berbelanja di platform modern,” katanya lagi.

Namun, Toni Sar yang dikelilingi oleh kios-kios yang tertutup di Pasar Tanah Abang, tetap berusaha bertahan. “Saya harus bertahan. Mau ke mana lagi?” katanya. “Tetap semangat!” (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: