4 Tradisi Masyarakat Bali setelah Nyepi, Ada Mandi Lumpur dan Omed-omedan

4 Tradisi Masyarakat Bali setelah Nyepi, Ada Mandi Lumpur dan Omed-omedan

Tradisi masyarakat Bali setelah Nyepi, ternyata masih ada berbagai ritual. -- iStockphoto

Omed-omedan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17 dan berawal dari masyarakat Kerajaan Puri Oka di Denpasar, Bali. Omed-omedan dalam bahasa Indonesia memiliki makna tarik-menarik.

Wisatawan dapat menonton acara ini ramai-ramai bersama dengan masyarakat Bali. Ada lagu khusus yang mengiringi kegiatan Omed-omedan. Begini potongan lirik lagu Omed-omedan dalam tradisi tersebut:

Omed-omedan, saling kedengin, saling gelutin. Diman-diman...

Omed-omedan, besik ngelutin, ne len ngedengin. Diman-diman…

BACA JUGA:Penerbangan dari Juanda ke Ngurah Rai Bali Akan Dihentikan Selama 24 Jam Pada Hari Raya Nyepi

BACA JUGA:KAI Daop 8 Surabaya Antisipasi Lonjakan Penumpang KAI Jelang Hari Raya Nyepi dan Awal Ramadan

Gelut artinya saling berpelukan, lalu diman berarti mengungkapkan kasih sayang dengan melakukan ciuman. Setelah itu, ada kata siam yang berarti siram, dan kedengin yang berarti tarik-menarik. Jadi, peserta akan melakukan kegiatan yang sesuai isi lagu tersebut.

Laki-laki dan perempuan akan saling berhadapan, setelah itu musik gamelan berbunyi untuk mengiringi ritual tersebut. Laki-laki dan perempuan yang berada di barisan depan akan memeluk dan mencium, sambil disiram air. 

Sementara itu, peserta lain bertugas untuk menarik. Kegiatan itu dilakukan berulang kali, serta berlangsung singkat dengan suasana gaduh dan bergiliran.

Ritual dalam Omed-omedan bukan sebuah momen untuk melampiaskan hawa nafsu. Omed-omedan mengajarkan makna kebersamaan dan kasih sayang terhadap sesama manusia. 

Jadi, bagi masyarakat Indonesia yang saat ini sedang berada di Bali siap-siap untuk menonton tradisi setelah Nyepi di atas dan jadikan setiap tradisi sebagai sarana untuk mengenal budaya Indonesia. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber