Makna dan Sejarah Halalbihalal saat Lebaran, Tak Hanya Bersumber dari Tukang Martabak

Makna dan sejarah Halalbihalal saat Lebaran, ceritanya ada dalam berbagai versi. Tak hanya dari tukang martabak.- freepik - Freepik
Orang yang pertama kali mencetuskan istilah ini adalah KH. Wahab Chasbullah, seorang pendiri NU (Nahdatul Ulama). Saat itu, kondisi politik di Indonesia sedang kacau karena adanya pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) dan DI/TII.
Kemudian, Ir. Sukarno meminta saran dari KH. Wahab Chasbullah untuk meminta saran agar bisa memberikan solusi atas kekacauan yang terjadi di Indonesia. KH. Wahab Chasbullah kemudian memberikan nasihat agar mengumpulkan seluruh elit politik untuk melangsungkan acara silaturahmi.
BACA JUGA: 6 Keutamaan Puasa Syawal setelah Lebaran, Salah Satunya Menyempurnakan Amalan Wajib
KH. Wahab Chasbullah mengusulkan agar acara silaturahmi itu menggunakan nama lain, gunanya untuk menghindari perpecahan. Saat itu kondisi politik Indonesia sedang kacau, sehingga ada kekhawatiran akan saling menyalahkan dan curiga satu sama lain.
Menyalahkan dan berprasangka buruk terhadap orang lain merupakan perbuatan dosa, serta dianggap haram. Jadi, KH. Wahab Chasbullah memberi nama acara tersebut halalbihalal agar semua orang yang datang bisa saling memaafkan dan menghalalkan.
Bung Karno pun akhirnya setuju terhadap usulan tersebut dan istilah tersebut menjadi populer sampai kini. Meski begitu, sejarah tentang halalbihalal memiliki beberapa versi.
Versi selanjutnya mengungkapkan bahwa istilah ini berasal dari ucapan pedagang India di Tanan Sriwedari, Solo yang mempromosikan martabak dengan berkata, "Martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal"
BACA JUGA: Wali Kota Pasuruan Halalbihalal dengan Pegawai Pemkot Pasuruan
Masyarakat kemudian memakai istilah tersebut ketika ingin pergi ke Taman Sriwedari di Solo dan melaksanakan silaturahmi saat Lebaran. Lalu, istilah tersebut akhirnya masih berlaku sampai saat ini.
Kemudian, ada juga sumber sejarah lain yang mengungkapkan bahwa tradisi ini sudah ada sejak zaman Mangkunegara I. Mangkunegara adalah gelar untuk adipati yang menjabat Kadipaten Mangkunegaran.
Saat itu, Mangkunegara mengundang para tamu saat Lebaran. Setelah itu, para tamu saling bermaafan dan menjalin silaturahmi. Ada suguhan berupa makanan tradisional dan semua orang datang dengan membawa kartu ucapan untuk Mangkunegara.
Berdasarkan catatan sejarah dari arsip Mangkunegara, ada acara kumpul keluarga dan sungkeman kepada Mangkunegara I. Tradisi ini kemudian berlanjut hingga ke Mangkunegara VI.
Meskipun tidak ada dokumentasi lengkap, arsip sejarah mencatat bahwa kegiatan tersebut sudah menjadi tradisi resmi di Mangkunegaran dan biasanya mengundang masyarakat dari berbagai kalangan.
BACA JUGA: 5 Tip Agar Kedekatan Keluarga Tetap Erat Setelah Lebaran
Kemudian, ada juga sumber sejarah lain yang mengungkapkan bahwa istilah dari tradisi yang berlangsugn saat Lebaran ini pertama kali tercantum dalam artikel lama Soeara Moehammadijah Edisi V Tahun 1924 yang terbit pada April mendekati Idulfitri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber