Badai Tarif Trump, Strategi Geopolitik atau Gertakan Dagang?

Badai Tarif Trump, Strategi Geopolitik atau Gertakan Dagang?

ILUSTRASI Badai Tarif Trump, Strategi Geopolitik atau Gertakan Dagang?-Falah untuk Harian Disway-

BACA JUGA:Trump Ancam Naikkan Tarif untuk Tiongkok Hingga 104 Persen

BACA JUGA:Tiongkok Balas Kebijakan Tarif Trump, Pasar Saham Asia Anjlok

Pada 2022, defisit perdagangan terbesar tercatat dengan Tiongkok, Meksiko, Vietnam, Kanada, Jerman, Jepang, dan Irlandia, sementara surplus perdagangan terbesar tercatat dengan Belanda, Hongkong, Brasil, Singapura, Australia, dan Inggris Raya. 

Kanada adalah mitra perdagangan yang teratas, menyumbang 15 persen dari total perdagangan, diikuti Meksiko 14 persen dan Tiongkok 13 persen. 

Namun, memasuki Februari 2025, angka defisit perdagangan AS menyempit menjadi USD 122,7 miliar dari rekor tertinggi USD 130,7 miliar pada Januari dan dibandingkan dengan perkiraan defisit USD 123,5 miliar. 

Defisit barang turun sebesar USD 8,8 miliar menjadi USD 147 miliar dan surplus jasa menyempit sebesar USD 0,8 miliar menjadi USD 24,3 miliar. Ekspor naik 2,9 persen menjadi USD 278,5 miliar, terutama karena emas nonmoneter, mobil penumpang, aksesori komputer, truk, bus, dan pesawat sipil. 

Di sisi lain, penjualan turun untuk minyak bakar, transportasi, dan barang serta jasa pemerintah. Sementara itu, impor hampir tidak berubah mendekati tingkat rekor di USD 401,1 miliar, setelah melonjak bulan lalu didorong oleh antisipasi tarif yang akan datang. 

Impor turun untuk bentuk logam jadi, emas nonmoneter, dan pesawat sipil, mengimbangi pembelian yang lebih tinggi untuk ponsel dan barang rumah tangga lainnya, persiapan farmasi, dan komputer. 

Kesenjangan perdagangan AS menyempit dengan Tiongkok, Swiss, dan Kanada, tetapi meningkat dengan Uni Eropa, Meksiko, dan Vietnam.

Tak menunggu lama, pascarapat kabinet, Trump segera meneken executive order untuk memberlakukan tarif dalam dua tingkat utama, yakni tarif umum sebesar 10 persen untuk semua barang impor dari seluruh dunia, berlaku mulai 5 April. 

Tarif khusus untuk negara dengan defisit perdagangan tinggi terhadap AS, efektif pada 9 April. Negara-negara yang terkena dampak tarif timbal balik, antara lain, Uni Eropa sebesar 20 persen, Tiongkok 34 persen, Vietnam 46 persen, Thailand 36 persen. 

Akan tetapi, untuk Meksiko dan Kanada dikecualikan dari tarif itu, tetapi tetap harus mematuhi kebijakan perdagangan yang lebih ketat terkait dengan keamanan perbatasan yang tiap tahun selalu menjadi isu nasional. 

Di balik kebijakan tarif perdagangan yang memantik kontroversi tersebut, muncul sebuah pertanyaan besar. Bagaimana mungkin AS, negara adidaya ekonomi, bisa sampai mengalami defisit anggaran yang begitu besar?

MENGEMBALIKAN HEGEMONI EKONOMI 

Runtuhnya Uni Soviet pada 1991 karena badai gerakan glasnost (keterbukaan) dan perestroika (pembaruan) yang diperkenalkan Michael Gorbachev makin mengokohkan posisi AS sebagai satu-satunya negara adidaya hingga saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: