Pekan Suci: Minggu Hening yang Sarat Makna

Pekan Suci: Minggu Hening yang Sarat Makna

Pekan Suci bukan sekadar minggu ibadat. Ia adalah perjalanan sunyi yang membawa umat pada makna terdalam pengorbanan dan harapan. --Jackson Chrunch

HARIAN DISWAY – Tak ada dentuman meriah. Tak ada gegap gempita atau perayaan ramai. Justru yang terasa adalah keheningan, doa, dan kontemplasi. Itulah Pekan Suci – atau yang oleh umat Katolik dan Kristen kerap disebut Holy Week – pekan paling khusyuk dalam kalender liturgi Gereja.

Pekan Suci adalah minggu terakhir dalam masa Prapaskah. Ia menjadi jembatan antara penderitaan dan kebangkitan. Antara ratap dan harap. Dimulai sejak Minggu Palma dan berakhir pada Sabtu Suci, menjelang perayaan Paskah.

Di tengah hingar-bingar dunia, Pekan Suci justru mengajak umat untuk berhenti sejenak. Menunduk. Merenung. Mengingat kembali jalan salib yang dilalui Yesus – dari saat dielu-elukan, dihianati, disalibkan, hingga akhirnya bangkit mengalahkan maut.

Minggu Palma menjadi gerbang pembuka. Di hari ini, umat mengenang Yesus memasuki Yerusalem dengan dielu-elukan sebagai Raja. Orang-orang menghamparkan daun palma di jalanan sebagai simbol penghormatan. Namun, semua sorak sorai itu hanya sementara.

BACA JUGA: Visualisasi Jalan Salib di SMAK Santa Maria, Cara Siswa Songsong Paskah

BACA JUGA: 6 Hal yang Perlu Dihindari Saat Paskah


Minggu Palma di Yerusalem. --tvcnews

Simbol daun palma masih digunakan hingga sekarang. Umat membawa daun palma ke gereja, lalu diberkati dan dibawa pulang. Kadang dijadikan salib kecil, dan disimpan di rumah sebagai pengingat akan ketidakpastian pujian dunia.

Pertengahan minggu, perhatian beralih pada Rabu Suci. Bukan sekadar hari biasa, Rabu Suci menyoroti kisah pengkhianatan. Di sinilah Yudas Iskariot mulai merancang rencana menyerahkan Yesus kepada para imam kepala.

Namun puncaknya tiba pada tiga hari terakhir – dikenal sebagai Triduum Sacrum atau Tiga Hari Suci: Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci.

Kamis Putih menjadi momen paling intim. Di sinilah Yesus mengadakan perjamuan terakhir bersama murid-murid-Nya. Di saat makan malam itu pula, Ia membasuh kaki para murid – sebuah tindakan simbolis yang sarat makna.

BACA JUGA: Pemerintah Tetapkan Libur Nasional Paskah 2025 pada 20 April 2025

BACA JUGA: Peringatan Paskah, UPH Kampus Surabaya Periksa Kesehatan Gratis kepada Masyarakat

Dalam misa Kamis Putih, prosesi pembasuhan kaki kerap dilakukan. Umat melihat langsung bagaimana pemimpin gereja mencuci kaki umat, meneladani Kristus yang merendah. Tak ada simbol kekuasaan, yang ada justru kerendahan hati.

Keesokan harinya, Jumat Agung. Tidak ada misa. Tidak ada nyanyian meriah. Gereja terasa hening. Lonceng tak dibunyikan. Lilin padam. Hari ini menjadi hari paling sunyi sekaligus paling menyayat. Sebab, Yesus wafat di kayu salib.

Umat berdoa dalam liturgi yang penuh permenungan. Di tengah doa, dilakukan penghormatan salib. Umat satu per satu maju, mencium salib dengan penuh hormat. Tak sedikit yang meneteskan air mata.

Beberapa gereja juga menggelar drama jalan salib secara langsung. Dimainkan oleh umat, dimulai dari pengadilan Yesus hingga penyaliban di ‘bukit Golgota’. Selalu ada kerumunan yang mengikuti prosesi itu dengan khidmat, bahkan kadang berlinang air mata.

BACA JUGA: 7 Makanan Khas Paskah dan Makna di Baliknya

BACA JUGA: Happy Easter! Ini Makna dan Alasan Perayaan Paskah Identik dengan Telur

Setelah salib, tiba giliran sepi. Sabtu Suci adalah hari diam total. Tubuh Yesus dibaringkan di dalam kubur. Tak ada kegiatan besar. Gereja tetap tenang, mengajak umat menunggu dalam harap.

Menjelang malam, umat kembali berkumpul dalam Misa Vigili Paskah – misa paling panjang dan paling khusyuk sepanjang tahun. Api baru dinyalakan, lilin paskah dibawa masuk, dan gereja yang semula gelap perlahan terang. Simbol kemenangan terang atas kegelapan.

Bagi banyak orang, Pekan Suci bukan sekadar serangkaian ibadat. Ia menjadi ruang refleksi personal. Tempat bertanya ulang, apa makna penderitaan? Apa arti pengorbanan? Dan bagaimana seseorang tetap setia di tengah luka?

BACA JUGA: Minggu Palma di Gereja Ortodoks Rusia Paroki Santo Serafim Sarov

Tak heran jika di masa ini, umat menjauh dari kemewahan, lebih banyak berdoa, dan memperbanyak aksi sosial. Ada yang berpuasa dari media sosial. Ada yang berderma diam-diam. Ada yang rekonsiliasi dengan keluarga yang lama berseteru.

Karena makna sejati Pekan Suci bukan hanya dalam liturgi, tapi dalam hidup yang berubah: menjadi lebih sabar, lebih tulus, lebih ringan memberi.

Semua keheningan itu berpuncak pada Minggu Paskah. Hari kemenangan. Hari kebangkitan. Hari penuh sukacita. Lonceng berbunyi kembali. Gereja dihiasi bunga. Umat bernyanyi gembira. Karena yang mati telah bangkit. Harapan kembali menyala.

BACA JUGA: Harapan Uskup Surabaya untuk Media: Jadilah Jembatan Misi Kasih Gereja

Dalam keheningan Pekan Suci, ada kekuatan yang tumbuh. Dalam setiap tetes air mata, ada cinta yang menguat. Dalam salib, ada kehidupan baru. Dan begitulah Pekan Suci – bukan sekadar minggu hening, tapi minggu penuh makna. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: