Dugaan Pelecehan Dokter Juga Terjadi di Malang, Ini Kronologinya

Dugaan Pelecehan Dokter Juga Terjadi di Malang, Ini Kronologinya

Korban pelecehan seksual fisik oleh tenaga medis mengungkap kronologinya-qorryauliarachmah-Instagram

HARIAN DISWAY - Kasus dugaan pelecehan seksual oleh tenaga medis kembali menjadi perhatian publik. Dugaan pelecehan saat ini terjadi di Kota Malang, Jawa Timur. Berita ini diunggah oleh korban di media pada Selasa, 15 April 2025. Dalam unggahannya, ia mengaku mengalami dugaan pelecehan pada bulan September 2022.

Saat itu, korban pergi ke salah satu rumah sakit swasta Malang untuk periksa diri karena menderita sinusitis dan vertigo. Dalam narasinya, korban mengatakan ia dirawat dan ditempatkan di kamar VIP. Awalnya, tidak ada hal mencurigakan hingga dokter tersebut mulai membahas ke ranah privasi.

BACA JUGA:Viral! Dokter di Garut Diduga Lakukan Pelecehan Seksual pada Pasien saat USG

“Saat itu, dokter umum suruh aku catat nomornya, nanti pihak rs akan kirim hasil rontgennya lewat whatsapp. Aku ga mikir aneh-aneh cuma hasil rontgen saja. Ternyata disitu dokter terus-terusan whatsap aku meskipun gak direspon yang isinya udah ke arah pribadi,” tulis korban dalam unggahan media sosial Instagram @qorryauliarachmah.

Saat ini, kasus akan dilaporkan kepada pihak berwajib. Korban didampingi oleh kuasa hukumnya, Satria M. A. Marwan. Satria mengatakan bahwa saat itu korban merupakan wisatawan di Malang. “Korban mengeluhkan sakit. Ia datang ke salah satu rumah sakit di Kota Malang kemudian dianjurkan untuk rawat inap. Pada saat itu, yang memeriksa saat di IGD itu dokter jaga, Dimana dokter tersebut adalah pelaku,” ujarnya.

Situasi semakin tidak nyaman ketika korban merasa dokter tersebut merekam dan memotret bagian tubuhnya ketika memeriksa menggunakan stetoskop. Di hari kedua, dokter kembali datang ke kamar inap korban. Diketahui status dokter tersebut hanyalah dokter jaga dan tidak memiliki tanggung jawab dalam menangani korban.

Pelaku diduga melakukan kekerasan seksual fisik dengan alasan memeriksa korban. “Korban seolah-olah harus diperiksa, diminta untuk buka baju. Di situ, pelaku melakukan pemeriksaan di bagian dada, tetapi ada kejanggalan karena korban merasa tidak ada seorang dokter yang memeriksa pasien sampai disuruh buka baju,” kata Satria.

BACA JUGA:Mengenal Bentuk-Bentuk Pelecehan Seksual dalam Kehidupan Sehari-Hari

Beragam reaksi dari publik yang memberikan dukungan dan berharap proses berhukum tetap berjalan hingga mendapatkan keadilan. Kasus ini juga bisa menjadi pengingat bahwa kasus pelecehan merupakan pelanggaran etik dan hukum.  (*)

*) Mahasiswa Magang Jurusan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Sunan Ampel 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: