Alasan Tidak Adanya Perayaan Ekaristi pada Jumat Agung 2025
Jumat Agung yang diperingati di Gereja Katedral HKY Surabaya, terlihat altar ditutupi oleh kain sebagai bentuk duka akan penderitaan Yesus. -Ananda Tiyas Safina-HARIAN DISWAY
Jumat Agung di Gereja Katedral HKY Surabaya para jemaat berdoa meminta pengampunan dosa. -Ananda Tiyas Safina-HARIAN DISWAY
Dalam tradisi Gereja Katolik dan banyak gereja Kristen lainnya, Ekaristi atau misa kudus adalah perayaan kebangkitan dan kehidupan.
Maka, pada hari ketika Yesus wafat, Gereja menahan diri dari perayaan Ekaristi sebagai bentuk penghormatan atas penderitaan Kristus.
Sebagai gantinya, umat mengikuti Ibadat Sabda dan Penghormatan Salib, yang terdiri dari:
- Pembacaan Kisah Sengsara Yesus
- Doa umat yang mendalam dan luas,
- Penghormatan Salib (prostrasi atau mencium salib),
- Merenungkan kalimat-kalimat terakhir Yesus
BACA JUGA:5 Film Tentang Yesus Kristus untuk Memperingati Jumat Agung dan Paskah
Dengan tidak adanya konsekrasi baru pada hari itu, Gereja seakan sedang berpuasa secara rohani. Menantikan kemenangan kebangkitan Kristus yang akan dirayakan di malam Paskah.
Tidak merayakan Ekaristi pada Jumat Agung justru menjadi cara yang kuat untuk menghayati penderitaan Yesus.
Itu bukan bentuk kekurangan dalam liturgi. Tapi justru sebuah simbol keheningan yang baik bagi umat. Umat diajak merenungkan cinta kasih Tuhan yang rela berkorban, serta menyadari nilai pengorbanan Yesus yang begitu besar. (*)
*)Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: