Mengapa Anak Muda Sering Memendam Perasaan saat Terluka?

Anak muda kini cenderung memendam perasaan ketika sedang terluka daripada harus bercerita. -Mehtap Halil-Pinterest
HARIAN DISWAY - Banyak anak muda kini merasa sulit untuk jujur tentang apa yang dirasakan, bahkan kepada orang terdekat sekalipun. Bukan karena mereka tidak ingin bicara, tapi karena mereka tidak yakin akan dimengerti.
Mereka memilih diam bukan karena tidak peduli, tapi karena sering merasa kecewa saat mencoba terbuka. Bagi sebagian orang, memendam perasaan bukan karena mereka tidak ingin bicara.
Melainkan karena sudah terlalu sering merasa tidak didengarkan dengan sungguh-sungguh. Saat mencoba terbuka, mereka justru pernah disepelekan atau dianggap lemah, yang membuat mereka berpikir bahwa diam adalah pilihan yang lebih baik.
BACA JUGA: 5 Alasan Utama Gen Z Mengandalkan ChatGPT untuk Curhat
Hal ini lama-kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan yang sulit diubah, bahkan ketika mereka butuh pertolongan. Lingkungan juga memiliki peran besar dalam membentuk sikap tertutup ini.
Terutama jika sejak kecil mereka tumbuh dalam situasi yang tidak memberi ruang atau kesempatan untuk bicara. Dalam kebanyakan kasus, anak muda merasa tidak bebas menyampaikan isi hati.
Itu karena takut dianggap terlalu sensitif, terlalu dramatis, atau tidak cukup kuat dalam menghadapi masalah. Pada akhirnya, mereka mencoba belajar untuk menahan semuanya sendiri dan menjadi ahli dalam menyembunyikan luka batin.
BACA JUGA: Perubahan Gaya Hidup, Rumah Bukan Lagi Tempat Terbaik untuk Menyendiri, Mengapa?
Sikap gengsi sering kali membuat seseorang menahan perasaan, karena anak muda cenderung ingin terlihat mandiri dan kuat di mata orang lain.
Mereka takut jika terlalu jujur, orang-orang akan menganggap mereka tidak dewasa atau terlalu manja, padahal yang sedang dirasakan sangat berat untuk dihadapi. Tekanan dari media sosial juga membuat situasi ini makin rumit.
Karena semua orang tampak selalu bahagia, produktif, dan tidak punya masalah. Ketika melihat itu setiap hari, anak muda mulai berpikir bahwa menunjukkan kesedihan atau kelelahan bukanlah hal yang pantas dilakukan.
BACA JUGA: Doomscrolling: Maraknya Informasi Negatif di Media Sosial, Picu Gangguan Mental
Demi menjaga kesehatan mental, sebaiknya jangan memendam perasaan terlalu lama agar tidak semakin terluka. -The Muse-Pinterest
Namun, memendam emosi dalam waktu lama bukanlah hal yang sepele, karena bisa berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Perasaan yang terus ditahan dapat berubah menjadi kecemasan berlebihan, kehilangan semangat hidup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: