Mengapa Orang Dewasa Gemar Mengoleksi Mainan dan Merchandise?

Fenomena orang dewasa yang mengoleksi mainan atau merchandise sebenarnya bukan sekadar hobi tetapi telah menjadi bagian dari budaya populer. --iStockphoto
Karakter-karakter favorit, warna yang dipilih, hingga penataan koleksi dapat menunjukkan selera, minat, dan identitas personal. Di era media sosial, hobi ini bahkan menjadi bagian dari citra diri yang ditampilkan ke publik.
Istilah “kidult”, gabungan dari ‘kid’ dan ‘adult’, digunakan untuk menyebut orang dewasa yang menyukai barang-barang yang dianggap “kekanak-kanakan”.
Namun, ini bukan soal infantilitas, melainkan soal keterikatan emosional dan kebebasan dalam mengekspresikan minat, tanpa terikat batas usia.
Buat orang dewasa mengoleksi merchandise bukan hanya tentang memiliki benda fisik. Di dalamnya, ada memori yang dirawat, rasa tenang yang dicari, dan identitas yang diekspresikan. --iStockphoto
Perusahaan mainan besar kini merancang produk bukan hanya untuk anak-anak, tapi juga khusus untuk konsumen dewasa. Data penjualan global menunjukkan bahwa peningkatan signifikan justru datang dari pembeli usia 20 tahun ke atas.
Lego, misalnya, merilis seri khusus dewasa yang lebih kompleks dan elegan, sementara perusahaan dari Jepang dan Korea mengembangkan lini karakter yang langsung menyasar pasar dewasa kolektor.
Laporan tahunan beberapa brand mainan multinasional menunjukkan bahwa kategori “kolektor dewasa” kini menyumbang lebih dari 25 persen total pendapatan mereka.
BACA JUGA: Beli Merchandise Tesla Sekarang Bisa Pakai Dogecoin
Bahkan, rilisan edisi terbatas dengan harga tinggi sering kali habis dalam hitungan menit, suatu indikasi kuat bahwa hobi ini bukan sekadar tren sementara. Mengoleksi merchandise bukan hanya tentang memiliki benda fisik.
Di dalamnya, ada memori yang dirawat, rasa tenang yang dicari, dan identitas yang diekspresikan. Saat dunia luar terasa bising dan membingungkan, merapikan koleksi kecil di kamar bisa jadi cara untuk menata kembali perasaan. Siapa bilang dewasa berarti harus berhenti bermain? (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: