GRIB, Gibran, dan Dinamika Politik Kita: Cermin Kegelisahan Publik

ILUSTRASI GRIB, Gibran, dan Dinamika Politik Kita: Cermin Kegelisahan Publik.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Wapres Gibran Minta Masukan PSMTI Terkait Hambatan Investasi
BACA JUGA:Gibran, Sjahrir, dan Muhammad Al-Fatih
Demokrasi sesungguhnya bukan soal menang atau kalah. Melainkan, tentang ethics dan checks and balances terhadap apa yang patut dan siapa yang pantas. Pun, semuanya itu perlu disampaikan dalam koridor yang sehat, terbuka, jujur, dengan tujuan membangun peradaban yang lebih baik.
DI MANA KITA BERDIRI?
Indonesia membutuhkan keteduhan politik. Jika elite dan simpatisannya saling menyerang secara terbuka, yang rusak bukan hanya reputasi orang per orang, melainkan wibawa institusi negara secara keseluruhan.
Ormas seperti GRIB tentu boleh berpendapat dan menyatakan dukungan. Tapi, ketika itu dibarengi dengan sikap konfrontatif dan terkesan mengintimidasi tokoh-tokoh bangsa, itu jadi bumerang –tidak hanya bagi mereka, tetapi juga bagi sosok yang mereka dukung.
BACA JUGA:Gibran dalam Puzzle Politik
BACA JUGA:Langkah Kuda Gibran
Sebaliknya, tokoh-tokoh seperti Gatot dan Sutiyoso juga perlu bijak dalam merespons. Publik berharap agar para senior bangsa tetap menjaga adab politik, menjadi penyejuk di tengah suhu yang kian panas.
UNTUK RENUNGAN BERSAMA
Indonesia memasuki babak baru. Presiden Prabowo tidak hanya membutuhkan dukungan kuat, tapi juga kontrol yang sehat. Pun, wapres ideal –siapa pun itu– harus menjadi sosok yang melengkapi, tidak sekadar mengikuti. Yang memberikan keseimbangan dalam kekuasaan, bukan hanya menyemarakkan pesta kemenangan.
Semoga polemik ini tidak membelah kita, tapi justru jadi momentum refleksi bersama: bahwa politik bukan panggung ego, tapi jalan panjang menuju keadilan dan kemajuan. (*)
*) Ulul Albab adalah ketua ICMI Jawa Timur; akademisi Unitomo, Surabaya; dan pemerhati dan peduli persoalan kebangsaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: